SEMARANG, Lingkarjateng.id – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah menilai program Jogo Santri dapat diaplikasikan untuk mencegah epidemi Tuberkulosis (TBC) atau TB di lingkungan pondok pesantren (ponpes). Melalui pengalaman yang sudah dimiliki saat melakukan penanganan Covid-19, program tersebut bisa dimanfaatkan untuk eskalasi (pertambahan, Red) program-program kesehatan lainnya dari pemerintah.
Hal itu disampaikan Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, saat memberi sambutan dalam webinar peringatan Hari TBC Sedunia di Kantor Wakil Gubernur, Jumat (25/3). Ia mengatakan, ponpes dengan nilai-nilai ajaran moral sangat mendukung dan berusaha mewujudkan program kesehatan pemerintah di ponpes.
“Maka di sinilah kaum santri ini diharapkan bisa menjadi agent of change terutama dalam bidang kesehatan,” kata Taj Yasin, sapaan akrabnya.
Taj Yasin Harapkan Akademisi Aktif Dampingi Pelaku UMKM Jateng
Taj Yasin menjelaskan, kawasan ponpes menjadi salah satu wilayah yang cukup rentan terhadap adanya penularan TB. Pasalnya, ponpes adalah lingkungan tempat tinggal yang padat dengan santriwan dan santriwati.
“Dengan berbagai kegiatan para santri yang padat dan saling berinteraksi setiap harinya, keadaan seperti ini merupakan salah satu risiko tinggi adanya penularan penyakit, terutama Tuberkulosis atau yang biasa disebut TBC,” jelas dia.
Disebutkan sejak pandemi, pemerintahan Ganjar-Taj Yasin menggulirkan program Jogo Tonggo untuk menanggulangi dampak Covid-19. Program itupun dikembangkan menjadi banyak program, salah satunya Jogo Santri untuk kalangan pesantren.
Lebih lanjut, sejak program Jogo Santri digulirkan, banyak ponpes yang saat ini sudah memiliki kesadaran terhadap masalah kesehatan. Hal itu dapat menjadi pintu masuk bagi pemerintah untuk turut mengampanyekan upaya pencegahan epidemi TBC.
Taj Yasin: Jangan Sampai Vaksin Kedaluwarsa Terulang
“Sudah lama saya angan-angan bagaimana bisa mengampanyekan mengenai TBC di ponpes. Saat ini banyak ponpes yang aware terhadap kesehatan. Ini bisa menjadi pintu masuk kita. Biasanya masyarakat yang dekat dengan ponpes, sangat takdim dengan tokoh-tokoh di ponpes,” lanjut dia.
Pemprov Jawa Tengah juga sudah menjalankan berbagai strategi untuk penanggulangan TBC. Wagub menyebutkan peningkatan akses layanan Tuberkulosis yang bermutu dan berpihak pada pasien menjadi salah satu strategi yang diterapkan.
Selain itu, juga dijalankan penguatan kepemimpinan program berbasis kabupaten atau kota. Kemudian upaya pengendalian infeksi dan optimalisasi pemberian pengobatan pencegahan TBC juga dijalankan.
“Selain itu juga, diupayakan pemanfaatan hasil riset dan teknologi screening, diagnosis dan tata laksana Tuberkulosis. Peningkatan peran serta komunitas, mitra dan multisektor lainnya dalam eliminasi Tuberkulosis, serta penguatan manajemen program melalui penguatan sistem kesehatan,” tutup dia. (Lingkar Network | Adhik Kurniawan – Koran Lingkar)