JEPARA, Lingkarjateng.id – Museum Pop-Up Ratu Kalinyamat Pejuang Bahari Nusantara resmi dibuka Bupati Jepara, Witiarso Utomo bersama Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat. Kegiatan berlangsung di Paseban Masjid Mantingan, Kamis, 24 April 2025.
Museum Pop-up tersebut merupakan hasil inisiasi Yayasan Dharma Bakti Lestari sebagai bentuk penghargaan atas kiprah Ratu Kalinyamat, tokoh perempuan pejuang dari Jepara yang kini telah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.
Karya yang ditampilkan di Museum Pop-up ini beragam mulai dari lukisan, ilustrasi, buku sejarah, serta bukti-bukti primer yang ditemukan di Portugal. Berbagai karya ini dibuat semacam animasi atau karikatur. Tampilannya kekinian, segar dan sesuai dengan selera Gen Z atau anak muda lainnya.
Berbagai karya itu menggambarkan keberanian Ratu Kalinyamat mengibarkan nasionalisme saat mengusir penjajah dari bumi Nusantara pada abad ke-16.
Perwakilan Pembina Yayasan Dharma Bakti Lestari, Lestari Moerdijat, Nur Hidayat berharap museum tersebut menjadi sarana edukatif bagi masyarakat, khususnya generasi muda.
“Dengan dibukanya museum Pop-up ini, kami berharap dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada masyarakat Jepara, terutama anak-anak muda, agar memahami nilai-nilai juang dan patriotisme Ratu Kalinyamat,” ujarnya.
Nur Hidayat juga menambahkan bahwa konsep museum Pop-up dipilih agar informasi sejarah dapat tersampaikan lebih cepat dan terasa dekat dengan masyarakat karena modelnya yang kekinian dan interaktif.
“Musium ini menjadi bagian penting dalam upaya pelestarian sejarah dan penguatan karakter generasi muda Jepara,” ujarnya.
Sementara itu, Bupati Jepara Witiarso Utomo menyampaikan apresiasi kepada Lestari Moerdijat dan Yayasan Dharma Bakti Lestari.
“Saya mengucapkan terima kasih atas karya luar biasa ini. Museum ini akan dibuka selama tiga bulan dan nantinya akan diserahkan kepada Yayasan Sultan Hadlirin,” ujar Bupati.
Ia juga berharap kehadiran museum tersebut dapat menjadi awal dari pembangunan kebudayaan lainnya di Jepara.
“Harapan kami, museum ini menjadi daya tarik baru bagi wisatawan. Tidak hanya wisata religi, tapi juga wisata sejarah dan edukatif,” tandasnya. (Lingkar Network | Tomi Budianto – Lingkarjateng.id)