DEMAK, Lingkarjateng.id – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Demak menyiapkan anggaran sebesar Rp 5 miliar untuk penanganan bencana daerah di tahun 2022-2023. Hal tersebut diungkapkan oleh Bupati Demak, Eisti’anah.
Dari anggaran sebesar Rp 5 miliar yang diambil dari Dana Tak Terduga (DTT) APBD Demak itu, telah berkurang dikarenakan untuk penanganan inflasi dan dampak kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM).
“Kemarin kita telah siapkan Rp 5 miliar untuk penanganan bencana daerah. Namun, dana tersebut juga kita gunakan untuk bantuan-bantuan, karena adanya instruksi dari pusat terkait penanganan inflasi dan dampak kenaikan BBM,” ungkapnya baru-baru ini.
Dalam penanganan bencana daerah, Pemkab Demak telah menyiapkan 450 petugas dari Polres Demak, Kodim Demak, BPBD, PMI, Satpol PP, Dishub, dan beberapa komunitas relawan.
“Tentunya kita berharap di Kabupaten Demak tidak terjadi bencana. Namun, kalau terjadi, kita semua sudah siap dalam penanganan. Karena berdasarkan prediksi BMKG, musim penghujan akan mencapai puncaknya pada Bulan Januari 2023. Untuk itu, saya perintahkan ke seluruh kecamatan dan desa untuk melakukan pengecekan tanggul-tanggul sungai dengan tujuan mengantisipasi terjadinya bencana banjir dan tanah longsor,” tuturnya.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Demak, Muhammad Agus Nugroho Luhur Pambudi menyebut, Pemkab Demak juga menyiapkan lima posko siaga darurat bencana di lima wilayah kecamatan meliputi Mranggen, Karangawen, Sayung, Demak Kota dan Mijen.
“Kenapa didirikan posko di lima Kecamatan tersebut, karena lima wilayah ini perlu dalam pengawasan. Misalnya di Kecamatan Mranggen untuk pemantauan air, karena air dari Salatiga ke Demak masuk melalui wilayah Mranggen. Untuk Kecamatan Sayung ini menjadi wilayah rawan banjir dan rob. Untuk Kecamatan Karangawen digunakan untuk mengawasi Sungai Tuntang,” terangnya.
Selain menyiapkan posko, pihaknya juga telah menyiapkan peralatan penunjang seperti senso, perahu karet dan dapur umum.
“Untuk posko di wilayah Demak Kota digunakan untuk memantau beberapa Kecamatan dan di Kecamatan Mijen digunakan untuk memantau Kali Wulan,” bebernya.
Ia pun menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan.
“Saya mohon masyarakat kalau membuang sampah jangan di sungai, karena ini dapat membuat tanggul jebol akibat timbunan sampah. Sehingga masyarakat harus membuang sampah pada tempatnya,” imbaunya. (Lingkar Network | Tomi Budianto – Koran Lingkar)