Harga Kedelai Naik, Pengrajin Tahu Kudus Terpaksa Kurangi Jumlah Produksi

Harga Kedelai Naik, Pengrajin Tahu Kudus Terpaksa Kurangi Jumlah Produksi

MENGECEK: Pengelola Prim Kopti Kudus, Muhammad Amar Ma'ruf sedang meninjau pasokan kedelai di gudangnya. (Hasyim Asnawi/Lingkarjateng.id)

KUDUS, Lingkarjateng.id – Efek domino kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) berimbas ke pelbagai sektor, tak terkecuali bagi para pelaku ekonomi. Di Kabupaten Kudus, kenaikan harga BBM juga diikuti dengan naiknya harga bahan pokok lain seperti kedelai.

Harga kedelai update terbaru yang dijual di pasaran saat ini sudah mencapai Rp12.700 sejak tujuh hari yang lalu. Sebelumnya, harga kedelai berada pada harga Rp12.300.

“Kenaikan harga ini sudah seminggu yang lalu. Bahkan kemungkinan akan terus naik sampai akhir tahun nanti,” kata Pengelola Primer Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Prim Kopti) Kudus, Muhammad Amar Ma’ruf ditemui di Kelurahan Purwosari, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus pada Selasa, 27 September 2022.

Kenaikan harga kedelai tersebut berimbas pada penurunan laba yang diperoleh. Amar menaksir, kerugian yang didapat bisa mencapai 40 persen.

Sebenarnya, tambahnya, suplai pasokan kedelai dari produsen lancar dan tidak ada kendala. Hanya saja, menurutnya pihaknya belum bisa mengimbangi jumlah produksi seperti sedia kala karena biaya operasional juga ikut naik.

Ia pun mengaku, sebelum BBM mengalami kenaikan, pihaknya bisa memproduksi kedelai untuk dijual sekitar 20 ton dalam sehari. Sedangkan untuk saat ini, pihaknya hanya memproduksi 10 ton per hari karena daya beli yang menurun.

“Memang di pasaran masih sulit karena daya beli masyarakat menurun setelah kita menaikkan harga kedelai menjadi Rp12.700. Jadi untuk mengimbanginya, kami mengurangi jumlah produksi,” ujarnya.

Koperasi yang sudah berjalan selama 40 tahun itu sudah berupaya untuk mengantisipasi melonjaknya harga kedelai yang ia pasok dari Semarang dan Pati. Ia berharap, ada bantuan subsidi dari pemerintah atau pemulihan kestabilan harga kedelai supaya tidak memberatkan produsen kedelai, pengrajin tahu hingga masyarakat kecil.

Diketahui, pihaknya memperoleh pasokan kedelai impor dari Semarang yang ia jual dengan harga Rp12.700 per kilogram untuk merek bola hijau dan Rp12.600 untuk merek BW biru. Sedangkan merek lokal dari petani Kayen Pati, ia jual per kilogram seharga Rp12.100 per kilogram.

Salah satu pengrajin tahu yang memasok kedelai dari Prim Kopti Kudus, Muhammad Luthfi mengaku mengalami penurunan laba setelah naiknya harga kedelai. Meskipun begitu, ia tak sampai menaikkan harga jual tahu meskipun keuntungan yang ia dapat semakin menipis.

“Takarannya saya kurangi satu ons supaya tidak terlalu merugi. Sedangkan harga jualnya masih tetap, tidak saya naikkan karena takut mengurangi jumlah konsumen,” ungkapnya.

Sementara itu, Salah satu pengrajin tahu yang berada di Dukuh Ploso Krajan RT 01 RW 02 Desa Ploso, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Agus Salim mengaku setiap harinya, pihaknya terpaksa meliburkan tiga karyawan. Hal itu dilakukan lantaran jumlah pendapatan yang menurun, sehingga untuk menutupi kerugian, dirinya pun harus meliburkan karyawan dan memangkas jumlah produksi tahu.

“Sebelum naik, kami hanya meliburkan satu karyawan saja, tetapi sekarang karena jumlah produksi kami kurangi, jadi sehari yang libur tiga orang. Memang ada efek domino di sini, jadi mau tidak mau kami harus memangkas jumlah produksi, serta menaikkan ongkos kerja karyawan. Sementara keuntungan yang diperoleh terus menipis,” keluhnya pada Selasa, 27 September 2022.

Ia menjelaskan, sebelumnya, harga kedelai per kilogram ia dapat dengan harga Rp12.300 per kilogram. Bahkan, pada tahun 2019, tambahnya, harga kedelai masih berada di harga Rp7.200.

Untuk mengantisipasi kerugian tersebut, ia sudah sepakat untuk menaikkan harga jual tahu menjadi Rp36.000 per papan. Kenaikan sebesar Rp3.000 per papan itu untuk menutupi pendapatan supaya pengrajin tahu tetap bertahan.

Pengrajin tahu yang sudah memproduksi tahu selama 11 tahun itu berharap adanya solusi dari pemerintah untuk mengatasi permasalahan ini. Dia pun berharap pemerintah bisa memberikan subsidi kedelai atau menstabilkan harga kedelai di angka Rp12.000 per kilogram.

“Harapannya harga kedelai kembali stabil dan pemerintah bisa memberikan subsidi kedelai ke para pengrajin tahu supaya tidak terlalu terdampak,” harapnya. (Lingkar Network | Hasyim Asnawi – Koran Lingkar)

Exit mobile version