JEPARA, Lingkarjateng.id – Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Jepara menyelenggarakan Bimbingan Teknis (Bimtek) Tata Cara Ekspor dan Impor. Kegiatan itu dalam rangka mendorong ekspor para pelaku UMKM Jepara agar semakin berkembang.
Kegiatan yang digelar di Ono Joglo Resort and Convention Pantai Bandengan Jepara pada Senin, 24 Oktober 2022 itu dibuka oleh Pj Bupati Jepara yang diwakili oleh Asisten II Bupati Jepara Diyar Susanto.
Asisten II Bupati Jepara Diyar Susanto mengatakan, tujuan Bimtek ini untuk memberikan pengetahuan kepada pelaku usaha ekspor tentang bagaimana cara memasarkan produk ekspornya di tengah tantangan global dan isu resesi dunia.
“Dengan adanya kegiatan ini diharapkan pelaku UMKM Jepara dapat memperoleh informasi terbaru dan saling bertukar pikiran mengenai berbagai cara ekspor impor untuk memperbaiki tingkat perekonomian,” ujarnya.
Hal ini diharapkan bisa menumbuhkan sinergitas semua pihak dari pemerintah dan bea cukai dengan pelaku usaha. Agar ekspor semakin meningkat, sehingga dapat menggerakkan roda ekonomi Kabupaten Jepara.
“Fokus usaha di Jepara kebanyakan dari bahan baku kayu. Oleh karenanya, kami berharap kegiatan ini rutin digelar di tengah menghadapi tantangan perkembangan zaman dan dinamika ekonomi saat ini. Harapannya semakin lebih maju sebab sangat dibutuhkan untuk pembangunan Jepara,” harapnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Disperindag Jepara Eriza Rudy Yulianto menyebutkan bahwa salah satu kunci untuk memperbaiki perekonomian daerah adalah peningkatan ekspor.
“Bukan hanya membantu para pelaku industri atau usaha kecil untuk tumbuh dan membuka lapangan kerja, tetapi juga untuk menghasilkan devisa daerah,” tuturnya.
Ia mengungkapkan, dibandingkan dengan Usaha Besar, UMKM mendominasi usaha di Indonesia. Jumlahnya mencapai 64 juta. Namun, kontribusi ekspornya hanya 15,65 persen (Rp 339.189 miliar), sedangkan usaha besar berkontribusi sebesar 24,3 persen (Rp 1.827.889 miliar) di tahun 2019.
Sementara, pada tahun 2018 ekspor UMKM hanya 14,37 persen (Rp 293.840 miliar), sedangkan Usaha Besar mencapai 85,6 persen (Rp 1.750.649 miliar)
“Per 1.000 orang terdapat lebih dari 50 UMKM. Sehingga, dari 135 negara, Indonesia adalah negara tertinggi kepadatan UMKM-nya. Kemudian disusul negara Nigeria dan San Marino. Dari 322 juta jumlah UMKM dunia, sebanyak 196 juta (61 persen) berada di negara emerging market. Dan terdapat 102 juta diantaranya berada di East Asia dan Pacific,” ungkapnya.
Ia menyebutkan, beberapa tantangan UMKM di masa ini. Pertama kesulitan naik kelas, di mana usaha mikro terlalu mendominasi (99,6 persen) dan proporsinya tidak banyak berubah 10 tahun terakhir. Kedua, minim akses digitalisasi. Berdasarkan data dari BI tahun 2022, hanya 25,5 persen UMKM yang memanfaatkan marketplace.
“Sebagian besar mengalami kendala pemasaran online karena kurangnya pengetahuan, keterbatasan SDM, dan infrastruktur,” terangnya.
Ketiga, sulit menembus pasar global. Ia menyebutkan hanya 4,1 persen UMKM yang mampu masuk global value chain dan kontribusi ekspornya kurang lebih hanya 15,6 persen.
Kemudian, belum produktif. Berdasarkan data BPS pada tahun 2016, 46,7 persen UMKM yang didominasi 20 sektor perdagangan belum mampu menciptakan value added tinggi dan belum terlibat dalam rantai produksi sektor usaha menengah/besar.
“Yang terakhir adalah kekurangan layanan finansial. Jumlah rekening kredit UMKM di bank baru mencapai 32,17 persen dari total jumlah rekening kredit perbankan (OJK, 2020). Sedangkan untuk rasio kredit yang disalurkan kepada UMKM sebesar 21,8 persen dari total kredit nasional (Bl. 2021),” lanjutnya.
Oleh karena itu, lanjutnya, kegiatan ini dimaksudkan untuk mendorong agar pelaku UMKM Jepara memiliki pemahaman dan motivasi yang kuat. Sehingga dengan demikian, para pelaku UMKM Jepara dapat membuka peluang pasar global.
“Agar pelaku UMKM dapat menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas untuk selanjutnya membuka peluang pasar global,” jelasnya.
Ia menambahkan kegiatan ini bentuk Pemerintah Kabupaten Jepara yang siap membangun dan bersinergi dengan para pelaku UMKM di Kota Ukir. Dengan begitu, harapannya mereka dapat memberikan kontribusi nyata bagi pertumbuhan ekonomi sektor perdagangan luar. (Lingkar Network | Muslichul Basid – Koran Lingkar)