KUDUS, Lingkarjateng.id – Sebanyak 3.500 nasi berkat dibagikan kepada warga dalam kegiatan buka luwur makam Mbah Panggung di Desa Langgardalem, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus pada Rabu, 24 Agustus 2022.
Ketua panitia buka luwur, Muhammad Yusuf Perdana menjelaskan bahwa nasi berkat berupa nasi jangkrik dan nasi uyah asem yang dibagikan kepada warga merupakan makanan khas dalam kegiatan buka luwur.
“Dalam buka luwur Mbah Panggung ini ada dua jenis makanan khas buka luwur yang akan dibagikan kepada para donatur dan masyarakat umum,” ujarnya.
Dari 3.500 nasi, 500 besek merupakan nasi jangkrik yang diberikan kepada para donatur sedangkan 3.000 nasi uyah asem dibagikan kepada masyarakat umum dan santri pondok di sekitar Langgardalem setelah pengajian pada malam harinya.
Salah satu keunikan nasi jangkrik adalah penyajiannya yang menggunakan besek dan wadah untuk lauk daging kerbau menggunakan daun jati berbentuk melingkar atau dinamakan sudi. Tidak jauh berbeda, nasi uyah asem yang dibagikan juga dikemas dengan bungkusan daun jati.
Yusuf mengatakan bahwa panitia membutuhkan kurang lebih 200 kuintal daging kerbau dan 2 ekor kambing untuk memasak lauk nasi jangkrik dan nasi uyah asem. Pembagian nasi berkah tersebut sudah dilakukan turun temurun setiap kegiatan buka luwur Mbah Panggung.
“50 kilo akan dibuat nasi jangkrik 500 besek dan 150 kilo dijadikan nasi uyah asem 3.000 bungkus,” urainya.
Pembagian nasi berkah itu, imbuh Yusuf, tujuannya tak lain untuk ngalap berkah dari Mbah Panggung. Konon, shodaqoh dalam bentuk nasi bungkus tersebut awalnya dilakukan dengan nasi kepungan di atas nampan sebelum diubah seperti tradisi yang ada di Buka Luwur Sunan Kudus.
“Jadi harapan kami itu yang ngalap berkah tidak hanya yang di sekitar Langgardalem, tetapi juga masyarakat umum yang datang ke pengajian nantinya.”
Selain pembagian nasi berkah dalam rangkaian kegiatan buka luwur juga dilangsungkan pengajian umum, ziarah, khotmil Quran, rewang, kemudian pelepasan dan pemasangan kembali luwur penutup makam Mbah Panggung.
“Pelepasan luwur dilakukan pada tanggal 14 Agustus kemarin dan pemasangan luwur satu minggu setelahnya.”
Ditanya soal sosok Mbah Panggung, Yusuf menceritakan Mbah Panggung merupakan waliyullah generasi keenam yang masih menjadi keturunan dari Sunan Kudus. Masyarakat menyebutnya sebagai Mbah Panggung karena makamnya yang berbentuk seperti panggung.
Selain itu, ada versi kedua menceritakan bahwa waliyullah bernama asli Raden Irsyad tersebut sering ceramah di atas panggung. Mbah Panggung awalnya merupakan seorang patih dari daerah Pati yang kemudian berpindah ke Langgardalem, Kudus.
“Kiprahnya di Langgardalem dulu adalah menyebarkan ilmu agama, karena dulu menurut cerita tutur tinular desa ini merupakan kadipatennya Sunan Kudus,” tambahnya.
Meski demikian, sambung Yusuf, sejauh ini belum ditemukan peninggalan atau petilasan dari Mbah Panggung selain Makam Mbah Panggung dan makam istrinya yang terletak di RT 3 RW 3 Dukuh Nanggungan Lor, Desa Langgardalem. (Lingkar Network | Hasyim Asnawi – Koran Lingkar)