KENDAL, Lingkatrjateng.id – Di Kampung Djawa Sekatul Desa Margosari, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal tradisi ruwatan masih dilestarikan masyarakat setempat. Biasanya tradisi ruwatan sengkala dilangsungkan setiap bulan Suro dalam penanggalan Jawa atau bulan Muharram.
Dalam kepercayaan jawa, ruwatan perlu dilakukan agar terhindar dari bencana. Ruwatan juga dipercaya bisa membersihkan diri manusia agar terhindar dari berbagai masalah kesialan maupun penyakit atau sengkala.
Ruwatan sengkala di Kampung Djawa Sekatul kali ini diikuti 40 orang. Prosesi ritual ruwatan diawali dengan doa empat penjuru arah mata angin yang kemudian dilanjutkan dengan doa dari tokoh agama.
Usai menjalani proses doa, peserta ruwat menjalani laku atau kirab dengan berjalan kaki sepanjang lima kilometer menuju Sendang Bimo Suci sembari menyanyikan tembang doa.
Di Sendang Bimo Suci inilah, seluruh peserta ruwat menjalani penyucian atau pembersihan diri. Peserta ruwatan membasuh seluruh badan agar dosa, penyakit, kesialan, masalah yang ada di dalam hidupnya bisa hilang.
KRA Wangsit Setyo Nagoro Ketua Baroyo Kraton Amarta Bumi Kampung Djawa Sekatul menjelaskan ada beberapa kriteria untuk dilakukan ruwatan salah satunya anak ontang-anting baik perempuan maupun laki-laki.
“Ada beberapa kriteria seseorang diruwat diantaranya anak tunggal atau ontang-anting baik laki-laki maupun perempuan. Ini dilakukan agar bisa membuang kesialan hidup,” ujar Wangsit, Sabtu, 3 Agustus 2024.
Usai bersuci digelar juga wayang kulit yang menceritakan soal Batarakala meminta makanan berupa manusia kepada Batara Guru. Batara Guru mengizinkan dengan syarat bahwa manusia yang dimakan haruslah wong sukerto, yaitu orang-orang yang mendapat kesialan, seperti anak tunggal. Oleh karena itu, setiap anak tunggal harus menjalani ruwatan agar terhindar dari malapetaka dan kesialan.
“Diyakini dengan menggelar ruwatan maka akan terhindar dari marabahaya dan kesialan karena Batarakala tidak lagi berani mendekat,” lanjutnya.
Prosesi ruwatan selanjutnya pembersihan lidah, kuku di tangan dan kaki, serta dipotongnya rambut yang dilakukan oleh sesepuh adat Sri Anglung Prabu Punto Djojonagoro Cakrabuana Girinata.
Pembersihan lidah, kuku tangan dan kaki, serta dipotongnya rambut, dimaksudkan agar manusia yang telah dibersihkan dirinya bisa terhindar dari segala dosa, penyakit, masalah dan kesialan, baik itu dari ucapan maupun Selanjutnya kain yang dikenakan selama ritual ruwatan dilarung.
Seorang pendamping peserta ruwatan, Nuryasin, mengaku mendaftarkan anaknya untuk diruwat. Dirinya mengatakan jika memiliki anak tunggal laki-laki yang saat ini sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi. Demi keberhasilan putranya Nuryasin, warga Singorojo, meruwat anaknya agar bisa sukses dalam belajar.
“Saya mendengar ada prosesi ruwatan di Kampung Djawa Sekatul dan karena biaya sukarela saya mengikutkan anak tunggal saya, biar terhindar dari tolak bala,”ujar Nuryasin. (Lingkar Network | Unggul Priambodo – Lingkarjateng.id)