KENDAL, Lingkarjateng.id – Masyarakat Desa Laban, Kecamatan Kangkung, Kabupaten Kendal mayoritas berprofesi sebagai petani. Setiap padi mulai berisi dan keluar bulir, petani mengibaratkan seperti perempuan sedang hamil dan perlu diadakan tasyakuran.
Acara syukuran dengan nama Tingkepan Pari ini dikemas dalam bentuk doa bersama yang dilaksanakan di jalan persawahan. Warga petani membawa makanan dari rumah masing-masing untuk selanjutnya dikumpulkan.
Kepala Desa Laban, Kecamatan Kangkung, Abidul Farah mengatakan, tradisi Tingkepan Pari ini merupakan tradisi turun temurun. Hal itu sebagai bentuk rasa syukur para petani dan berharap hasil uang melimpah.
Tradisi Drupoh di Woro Rembang, Bebas Ambil Buah Duku yang Jatuh
“Kegiatan dikemas doa dan para petani serta warga yang hadir membawa makanan dari rumah masing-masing selanjutnya dikumpulkan di jalan persawahan untuk dimakan bersama selesai doa,” ujar Farah, Senin (28/2).
Makanan yang dibawa, kata Farah, adalah berupa jajanan pasar dan juga hasil pertanian serta beberapa lauk pauk dan nasi. “Selain itu, kegiatan ini merupakan bentuk kerukunan dan kegotongroyongan warga desa dan perlu dilestarikan,” lanjutnya.
Kegiatan doa bersama dipimpin KH Jambari dan dihadiri oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan juga kelompok tani yang juga pemrakarsa acara. Ada dua kelompok tani yang ada di Desa Laban, Kelompok Tani Subur Makmur dan Sumber Makmur.
Tonjolkan Seni Edukasi dan Budaya, Desa Gondosari-Kudus Jadi Rintisan Desa Wisata
Ketua Kelompok Tani Subur Makmur, M. Safiudin mengatakan, setiap jelang panen diadakan syukuran agar panen yang dihasilkan sesuai dengan apa yang diinginkan. Meski diakuinya para petani kesulitan mencari pupuk, namun kelompok tani tetap berupaya agar tetap bisa tanam hingga panen.
“Kami berharap agar hasil padi yang kami tanam bisa panen maksimal, tradisi Tingkepan Pari ini sudah ada sejak dulu dan turun temurun dilaksanakan,” ujar Safiudin. (Lingkar Network | Unggul Priambodo – Koran Lingkar)