KENDAL, Lingkarjateng.id – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Terbuka Kelas II B Kendal melatih warga binaan untuk membubidayakan koro pedang pada Jumat, 26 Juli 2024.
Kepala Lapas Terbuka II B Kendal, Roni Darmawan, mengatakan bahwa pihaknya menyediakan lahan seluas 2-3 hektare untuk dapat dimanfaatkan para warga binaan dalam budi daya tanaman bernilai ekonomis itu.
“Untuk uji coba kami sediakan lahan seluas 2 sampai 3 hektare untuk menanam koro pedang,” ujarnya.
Koro pedang sendiri merupakan tanaman perdu yang merambat atau tegak dan juga setengah merambat. Tanaman ini termasuk tanaman jenis kacang-kacangan. Biji koro pedang cukup prospektif sebagai alternatif pengganti kedelai karena kandungan proteinnya hampir sama dengan kedelai yaitu 30,36% sedangkan kedelai 35%.
Tanaman ini mudah dibudidayakan dan ditumpangsarikan dengan tanaman lain seperti ubi kayu, jagung, kopi dan lain-lain, sehingga cukup potensial untuk dikembangkan.
Karena memiliki harapan baru sebagai tanaman alternatif, Lapas Terbuka II B Kendal tertarik untuk menanam koro pedang agar bisa digunakan untuk mendidik kemandirian warga binaan.
Menurutnya, hasil panen budi daya koro pedang tersebut nantinya akan dijual. Namun, jika nantinya ada kerja sama dari hulu sampai hilir terkait pengolahan hasil panen koro pedang, maka pihaknya akan mengupayakannya.
“Untuk saat ini kami akan setorkan kepada paguyuban, karena mereka akan mencarikan pemasarannya, yang penting bagi kami adalah memberdayakan warga binaan,” lanjutnya.
Lebih lanjut, pihaknya berterima kasih kepada Paguyuban Petani Koro Pedang Indonesia (PPKPI) dan juga Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) yang telah bekerja sama dalam memberikan pelatihan kepada para warga binaan.
Roni berharap pengetahuan terkait budi daya koro pedang tersebut nantinya dapat dimanfaatkan para warga binaan setelah bebas dari jeratan hukum.
Sementara itu, Ketua Dewan Pembinaan Paguyuban Petani Koro Pedang Indonesia (PPKPI) Bibit Waluyo, mengatakan bahwa koro pedang bisa difungsikan untuk bahan tempe dan juga susu.
Selain perawatannya yang mudah dari penanaman hingga panen, harga jual koro pedang juga lebih menguntungkan. Menurut Bibit, setiap kilogram koro pedang bisa dijual dengan harga Rp 12.000, lebih tinggi dari harga padi kering giling.
“Jika ditanam dengan baik, maka menanam koro pedang jauh lebih menguntungkan sehingga saya tertarik. Soal hama koro pedang sama sekali bebas hama,” ujar Bibit.
Di sisi lain, Rektor Unwahas Muzakir Ali menjelaskan bahwa dalam rangka membantu meningkatkan produktivitas tanaman koro pedang, pihaknya siap melakukan beberapa penelitian karena merupakan bagian dari pengabdian masyarakat.
“Ini merupakan salah satu upaya kami untuk memberikan kesejahteraan kepada petani. Dengan penanaman koro pedang tentu kami juga akan membantu melakukan beberapa penelitian agar hasil meningkat saat panen,” ujar Muzakir.
Selain itu, pihaknya juga akan mendesain alat teknologi tepat guna untuk meningkatkan produktivitas hasil panen koro pedang.
“Kami juga akan mendesain alat-alat teknologi tepat guna untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian koro pedang, sehingga memiliki nilai manfaat yang tinggi, tidak hanya usai panen langsung dijual tapi ada sisi pengolahan,” ucapnya. (Lingkar Network | Arvian Maulana – Lingkarjateng.id)