DEMAK, Lingkarjateng.id – Memasuki musim kemarau tahun 2024, warga Dukuh Kalitekuk, Desa Ngaluran, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, mulai kesulitan untuk mendapatkan air bersih.
Setiap rumah di dukuh tersebut banyak berjejer ember, jerigen, dan alat-alat lain yang digunakan sebagai wadah penampung apabila ada bantuan air bersih yang datang.
Noviyanti (54), warga RT 2 RW 1 Dukuh Kalitekuk, Desa Ngaluran, Kecamatan Karanganyar, mengatakan bahwa sudah sekitar satu bulan warga setempat kesulitan mendapat air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
Sebelum kekeringan, warga setempat mengandalkan air bersih dari sumur dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) desa setempat. Namun, saat memasuki musim kemarau, PDAM desa tidak mengeluarkan air.
“Airnya ya kurang, sungai kering, sumur kering, airnya nggak keluar. Ada yang sumur ada yang PAM, PAM-nya sudah nggak keluar air, sumur juga sudah kekeringan,” katanya pada Senin, 9 September 2024.
Novi mengatakan bahwa sekitar 3 hari yang lalu ada bantuan air bersih sebanyak tiga tangki. Dirinya merasa terbantu dengan datangnya bantuan air tersebut.
“Kemarin baru ada bantuan, baru itu belum ada lagi,” ucapnya.
Apabila tidak ada bantuan air bersih, Novi bersama warga setempat harus membeli air bersih dengan harga Rp 5 ribu per jerigen yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
“Kalau untuk kebutuhan sehari-harinya ya beli, satu gini (jerigen) Rp 5 ribu. Diirit-irit. Kalau dibuat mandi, nyuci, itu habis banyak, apalagi kalau keluarga satu rumah banyak ya pasti lebih banyak kebutuhannya,” bebernya.
Warga lain, Sukarsih (54), juga mengalami kesulitan mendapat air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
“Sudah dua mingguan, kalau ada bantuan itu dibuat masak, minum. Kalau cuci itu dari sumur itu masih keluar tapi sedikit-sedikit, kadang ada warga yang sumurnya sudah nggak bisa keluar air,” katanya.
Sukarsih juga mengatakan bahwa setiap memasuki musim kemarau warga setempat selalu mengalami kesusahan mendapatkan air bersih.
“Setiap tahun pasti kekeringan, di sini ada PAM, tapi kalau kemaru begini PAM mati, karena sungainya kering,” katanya. (Lingkar Network | M. Burhanuddin Aslam – Lingkarjateng.id)