DEMAK, Lingkarjateng.id – Pembangunan monumen Pacific Bike di persimpangan antara jalan ke arah pusat kota Demak dan jalan alternatif ke Kudus dianggap tidak menggambarkan identitas Kabupaten Demak. Bahkan warga menilai monumen tersebut tidak enak dilihat.
Salah satu warga yang tinggal di sekitar monumen, Toto, misalnya. Ia menyebut monumen tersebut tidak menggambarkan Demak sebagai salah satu Kota Religi. Padahal, Kabupaten Demak merupakan salah satu tempat favorit para wisatawan maupun peziarah, yang ingin mengunjungi Masjid Agung Demak atau Makam Sunan Kalijaga, serta lokasi wisata religi lainnya.
Dirinya mengaku, tidak mengerti visi dan fungsi monumen tersebut. “Dari segi bentuk saja sudah tidak enak dilihat. Meskipun ini katanya dari sponsor, tidak pakai anggaran APBD, tapi tetap tidak nyaman di mata,” protesnya, Jumat (7/1).
Dia menambahkan, bahwa lampu di sekitar area sudah tidak berfungsi, serta besi yang melingkari taman sudah rusak. Menurutnya, Demak erat kaitannya dengan budaya dan nuansa Islami. Dia menganggap monumen Pacific Bike sama sekali tidak menggambarkan hal demikian.
Luncurkan Aplikasi Sipartali, Wisata Demak Siap Bersaing
“Kenapa tidak tugu yang erat kaitannya dengan budaya seperti wayang, keris, atau tombak. Sunan Kalijaga ‘kan dulu dalam menyebarkan Islam tidak naik sepeda,” imbuhnya.
Selain itu, Toto juga berharap, pembangunan yang tidak memiliki kebermanfaatan buat masyarakat, sebaiknya tidak perlu dilakukan. “Kalau mbangun itu mbok ya, yang ada unsur mendidiknya,” ujar Toto.
Kendati demikian, Toto setuju pembangunan monumen Pacific Bike tersebut sebagai pengingat pentingnya menjaga kesehatan. “Tapi kalau bisa yang dibangun jangan cuma monumennya saja, tetapi bangun juga jalur khusus buat para pesepedanya,” pungkasnya.
Untuk diketahui, monumen tersebut terbuat dari material logam, berupa lingkaran berdiameter 5 meter, yang di tengahnya terdapat ornamen sepeda (road bike) berukuran raksasa. Di sekitar monumen terdapat sebuah taman hijau yang asri. Dilengkapi juga dengan penataan lampu yang apik, yang membuatnya tampak indah bila dilihat pada malam hari. (Lingkar Network | M. Elang Ade Iswara – Koran Lingkar Jateng)