REMBANG, Lingkarjateng.id – Masyarakat merupakan pelaku utama dalam upaya penanggulangan bencana dan sekaligus menjadi kelompok pertama yang menerima dampak bencana. Oleh karena itu, penguatan kapasitas masyarakat di desa/kelurahan melalui program Desa Tangguh Bencana (Destana) dirasa cukup strategis dalam upaya penanggulangan bencana.
Wakil Bupati Rembang, Mochamad Hanies Cholil Barro menyampaikan bahwa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rembang telah berkomitmen dan masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk membentuk Destana. Komitmen itu dilakukan karena potensi bencana di Kabupaten Rembang termasuk kategori sedang.
Lebih lanjut, laki-laki yang akrab disapa Gus Hanies ini menyebutkan, Pemkab Rembang menargetkan ada 100 desa di Kabupaten Rembang yang akan terdeklarasi menjadi Destana hingga tahun 2026. Selama satu tahun ini, sudah ada 16 desa yang terdeklarasi sebagai desa tangguh bencana.
“Memang di Rembang ini banyak sekali potensi bencana, dan yang paling sering terjadi ini bencana kekeringan. Ini yang terus kita kampanyekan ke masyarakat untuk bersama-sama menjaga lingkungan untuk meminimalisir terjadinya bencana,” kata Gus Hanies.
Terkait bencana kekeringan, dikatakannya, saat ini baru ada sumber mata air dari Kecamatan Sale yang menyuplai air bersih untuk masyarakat Rembang. Ia berharap, suplai air dari Bendungan Randugunting bisa segera dimanfaatkan sebagai sumber air bersih masyarakat untuk mengurangi bencana kekeringan di Kabupaten Rembang.
“Sementara, baru dari Sale untuk sumber air bersih. Nanti juga kita harapkan dari Bendungan Randugunting juga bisa masuk ke Rembang. Tapi sementara ini air dari Randu Gunting untuk kepentingan pertanian, bukan untuk sumber air bersih,” tuturnya. (Lingkar Network | R. Teguh Wibowo – Koran Lingkar)