DEMAK, Lingkarjateng.id – Pagelaran wayang di Demak dalam rangka perayaan Apitan digelar tepatnya berada di Desa Kedungwaru Kidul, Kecamatan Karanganyar. Pagelaran wayang kulit tersebut merupakan tradisi sedekah bumi yang bermakna sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT atas selesainya panen padi yang bertepatan dengan Bulan Apit (Dzulqa’dah).
“Ini dalam rangka Apitan, sedekah bumi alias pesta panen. Hal ini karena kemarin kita selesai memanen padi. Jadi sekarang mengadakan pagelaran wayang kulit untuk merayakannya,” ujar Danang Bayu Nugroho, Carik Kedungwaru Kidul.
Tradisi ini merupakan tradisi turun temurun yang dilaksanakan satu tahun sekali sejak masyarakat sebelum mengenal Islam. Masyarakat meyakini bahwa, dengan diadakannya Tradisi Apitan ini dapat menjadikan kehidupan masyarakat sejahtera berkat hasil panen yang baik dan melimpah.
“Memang sudah menjadi tradisi setiap tahun. Setelah panen pada Bulan Apit itu mengadakan pagelaran wayang kulit dan ketoprak, agar masyarakatnya sejahtera, gemah ripah loh jinawi. Berhubung ini kan masih covid, jadi kita ambil salah satu saja, yaitu wayang kulit,” imbuhnya.
Selain karena tradisi, lanjutnya, acara tersebut sebagai jalan untuk melestarikan budaya agar seni wayang kulit tak terkikis oleh zaman yang semakin modern.
“Nguri-nguri budaya. Jadi selain karena perayaan tadi, juga supaya masyarakat ini tetap suka dan melestarikan budaya wayang,” terangnya.
Lama Berdiri, Pemilik Kios Liar Demak Tak Pernah Ditegur Satpol PP
Pagelaran wayang kulit tersebut dilaksanakan dalam waktu sehari semalam, dibagi menjadi dua sesi dengan dalang dan lakon yang berbeda.
Hartoyo, Ketua Seniman Ketoprak Langen Marsudi Budoyo mengatakan, sesi pertama yakni pukul 11.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB bercerita tentang masyarakat yang memboyong sandang pangan untuk kesejahteraan desa yang berjudul Sri Boyong, dengan Dalang Ki Sutiyo dari Jepara.
Kemudian dilanjutkan sesi kedua yakni pukul 22.00 WIB hingga pukul 03.00 WIB dengan judul Semar Mbangun Deso yang bercerita tentang seseorang yang berusaha membangun akhlak para manusia yang ada di desa, dengan Dalang Ki Rokan Carito dari Kudus. (Lingkar Network | Tammalia Amini – Koran Lingkar)