REMBANG, Lingkarjateng.id – Jambore Relawan Penanggulangan Bencana Indonesia resmi dimulai pada Rabu, 5 Oktober 2022 sore Wakil Bupati (Wabup) Rembang, Mochamad Hanies Cholil Barro membuka kegiatan yang dihadiri 1.300-an relawan dari 119 komunitas dari berbagai daerah di Indonesia.
Pada kesempatan tersebut, Wabup Hanies secara simbolis menyerahkan peralatan yang nantinya digunakan selama jambore seperti sapu, kentongan dan geobag. Selain itu, Wabup Hanies juga menyerahkan bibit tanaman mangrove dan buah yang akan ditanam oleh para relawan di sejumlah lokasi.
Ia menuturkan, berdasarkan Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) yang diterbitkan BNPB tahun 2021, Kabupaten Rembang merupakan salah satu kabupaten dengan tingkat risiko bencana sedang. Terlebih sesuai dengan topografi dan kondisi geografis daerah di wilayah Kabupaten Rembang berpotensi rawan bencana yang tersebar di 14 kecamatan.
“Ancaman bencana di Kabupaten Rembang cukup beragam dengan intensitas utama adalah ancaman bencana hidrometeorologi baik banjir, tanah longsor, banjir bandang, termasuk rob dan cuaca ekstrem,” kata Wabup Hanies.
Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa penanggulangan bencana merupakan tanggung jawab bersama bukan hanya BNPB, BPBD dan relawan lainnya. Oleh karena itu, ia meminta kepada semua pihak di bawah koordinasi BPBD agar melakukan tindakan dengan cepat dan tepat serta tidak keluar dari ketentuan yang berlaku untuk melakukan penanganan sebaik mungkin.
“Salah satu butir arahan Bapak Presiden Joko Widodo dalam Pembukaan Rakornas Penanggulangan Bencana tahun 2022 di Bogor adalah agar menumbuhkan budaya kerja yang siaga, antisipatif, responsif dan adaptif,” imbuhnya.
Menurutnya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rembang akan terus menggencarkan sosialisasi kepada masyarakat yang tinggal daerah rawan bencana agar mereka siap sebelum, saat dan pasca bencana.
“Saya berharap upaya ini menjadi pemicu dan momentum bersama untuk dapat dilaksanakan secara terus menerus dan konsisten. Dengan demikian, upaya untuk menumbuhkan kesadaran terhadap bencana di masyarakat menjadi lebih baik sehingga dapat mengurangi dampak bencana,” harapnya.
Seusai kegiatan pembukaan, para relawan langsung mengikuti kegiatan Forum Group Discussion (FGD) masing- masing klaster. Enam klaster tersebut yaitu klaster kesehatan, klaster pencarian dan keselamatan, klaster logistik, klaster pengungsian dan perlindungan, klaster sarana prasarana, klaster posko dan komunikasi serta klaster partisipan atau figuran. (Lingkar Network | R. Teguh Wibowo – Koran Lingkar)