PATI, Lingkarjateng.id – Memasuki bulan November sejumlah daerah di kabupaten Pati terendam banjir. Setidaknya ada sepuluh kecamatan di kabupaten Pati yang berlangganan banjir dari 21 kecamatan yang ada.
Kepala Dinas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pati, Martinus Budi Prasetya mengatakan, 10 kecamatan itu ialah: Pucakwangi, Tambakromo, Winong, Kayen, Pati, Wedarijaksa, Jakenan, Jaken, Gabus dan Sukolilo. Namun menurut Martinus, data tersebut dimungkinkan berubah setiap saat.
“Data berubah-ubah sewaktu-waktu. Namun data sementara saat ini, ada 10 kecamatan yang terendam banjir,” ujarnya saat ditemui, Minggu (28/11).
Berdasarkan data terkini, kecamatan dengan wilayah terluas terendam banjir yaitu Tambakromo, tercatat 7 desa. Kayen dan Pucakwangi masing-masing 4 desa. Winong sebanyak 3 desa. Wedarijaksa dan Jaken masing-masing 2 desa. Lalu Kecamatan Pati, Jakenan, dan Gabus terdapat masing-masing 1 desa.
Cegah Banjir, DLH Pati Maksimalkan Fungsi Bank Sampah
Jumlah ini meningkat dibanding data sebelumnya ketika banjir kemarin, Sabtu (27/11). Setidaknya ada penambahan 5 titik kecamatan yang ikut terendam banjir hari ini, yaitu: Kayen, Tambakromo, Winong, Pucakwangi dan Jakenan.
Menurutnya, hujan deras menjadi penyebab utama terjadinya banjir. Akibat lain, air dari Pegunungan Kendeng yang mengalir ke arah bawah. Ia sendiri memprediksi banjir akan sering terjadi, setidaknya puncak banjir akan terjadi pada Januari tahun depan.
“Di awal tahun curah hujan semakin tinggi sehingga di prediksi (banjir, red) sampai Januari 2022,” terangnya.
Meski demikian, hingga saat ini, banjir di Kabupaten Pati tidak menelan korban jiwa. Pihaknya juga menghimbau kepada masyarakat yang berada di titik rawan banjir agar tetap waspada dengan datangnya banjir sewaktu-waktu.
“Tidak ada korban jiwa. Kerugian material belum dihitung,” imbuhnya.
Sementara itu, berdasarkan keterangan, Imam, salah satu warga dari Desa Tangel Kecamatan Winong yang terdampak banjir mengatakan, pada Minggu (28/11) banjir di daerahnya sudah surut. Hanya saja pada bagian lahan-lahan persawahan airnya masih menggenang.
“Banjir Jumat yang paling gede. Kalau di daerah Winong saat ini hanya sawah yang masih full air, mungkin dekat parit. Tapi air nggak sampai naik ke jalan,” pungkas Imam. (Lingkar Network | Koran Lingkar Jateng)