GROBOGAN, Lingkarjateng.id – Humas PDAM Purwa Tirta Purwodadi Grobogan, Eko Supriyanto memberikan tanggapan terkait rencana penggunaan mata air Ngesong.
Ia mengatakan bahwa, hal tersebut baru masuk tahap planning. Sehingga untuk pelaksanaannya belum pasti.
Rencana penggunaan mata air Ngesong, kata dia, tidak hanya digunakan untuk PT Pungkook Indonesia One saja.
“Air juga bisa dimanfaatkan untuk masyarakat secara umum, terkhusus di Kecamatan Wirosari,” kata Eko Supriyanto.
Ia juga memaparkan bahwa, rencana awal air yang bakal dipakai hanya 15 liter per detik.
“1.500 liter per detik itu musim kemarau tahun kemarin yang pernah kita hitung. Sementara yang kita butuhkan hanya 15 liter per detik,” jelasnya.
Para karyawan PT Pungkook, kata dia, hanya perlu untuk berwudhu dan kebersihan lain. Sehingga air tersebut tidak digunakan dalam produksi.
“Air tersebut akan digunakan untuk menunjang fasilitas dan kesehatan di area industri tersebut, terlebih banyak karyawan yang notabene warga Grobogan,” tambahnya.
Meski demikian pihaknya memaklumi kepanikan warga Desa Karangasem, Kecamatan Wirosari. Lantaran belum ada sosialisasi sebelumnya.
Selain itu, pihaknya mengungkapkan tidak akan tutup mata atas pemanfaatan sumber air tersebut. Nantinya, kata dia, akan ada sharing fee kepada masyarakat ataupun desa agar dapat memutar roda ekonomi desa dan perbaikan infrastruktur.
Selanjutnya, akan dibuatkan juga embung tandon air dan pembenahan irigasi di Desa Karangasem.
“Selain sharing fee ke desa kita pasti akan mengeluarkan CSR untuk masyarakat setempat, semisal untuk bedah rumah dan membantu UMKM,” terangnya.
Sebelumnya, Warga Desa Karangasem, Kecamatan Wirosari membentangkan 30 spanduk penolakan eksploitasi sumber mata air Ngesong yang rencananya bakal digunakan untuk mencukupi kebutuhan air PT Pungkook Indonesia One.
“Kalau nanti sumber dieksploitasi, bagaimana kehidupan warga desa sini (Karangasem). Dari pengalaman eksploitasi sumber mata air Mudal (Sumber air lainnya) tidak ada kontribusi untuk masyarakat. Bahkan, saat ini masyarakat sekitar Mudal tak bisa menggunakan sumber mata air, karena seluruhnya dialirkan ke pipa,” kata Ketua RT Dusun Tambak, Marno.
Meski sumber mata air Ngesong tergolong besar. Namun, saat kemarau tiba, produksi air juga menipis.
“Meski nantinya diberikan akses untuk pertanian apa mencukupi? Industri genting bata sini juga bergantung pada sumber mata air di Ngesong,” imbuhnya.
Lusianto, salah satu pemuda desa setemoat mengatakan, jika sumber mata air ngesong dieksploitasi dikawatirkan berdampak pada sumber mata air lainnya.
“Bisa jadi, mata air di Sendang Mudal kering, akibatnya warga se Kecamatan Wirosari yang saat ini menggunakan air PDAM juga tak bisa menggunakan air. Tolong dipertimbangkan,” kata Lusianto.
Sementara itu, Kepala Desa (Kades) Karangasem, Kanto mengatakan bahwa pihaknya telah melayangkan surat kepada PDAM terkait penolakan eksploitasi sumber mata air Ngesong.
Ia berharap pemerintah meninjau ulang dampak eksploitasi sumber mata air tersebut.
“Harapan masyarakat, sumber air satu-satunya jangan sampai di jual kepada Pungkook. Karena sangat mengancam keberlangsungan hidup masyarakat,” kata Kepala Desa (Kades) Karangasem. (Lingkar Network | Eko Wicaksono – Lingkarjateng.id)