DEMAK, Lingkarjateng.id – Setelah dua tahun pasca pandemi Covid-19, acara Grebeg Suro Girikusumo dapat dilakukan secara utuh. Acara digelar dengan mengadakan kirab pusaka pesantren dan 40 kendi berisi air mujahadah yang diarak dari masjid Bait Al-Salam ke Masjid Baitul Musthafa.
Grebeg Suro Girikusumo merupakan acara tahunan yang selalu dirayakan setiap tanggal 1 Muharram atau tahun baru Islam oleh Pesantren Girikusumo dan Yayasan Kyai Ageng Giri di Desa Banyumeneng, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak.
“Kemarin ketika awal pandemi itu kita tidak mengadakan acara secara besar-besaran. Jadi tetap acara ritual Muharraman ini, tidak ada kirab. Nah, karena di tahun ini kami melihat sudah agak longgar, oleh karena itu dengan izin beberapa kasepuhan, acara ini bisa berjalan dengan meriah,” kata Hanif Maimun atau Gus Hanif, salah satu putra dari KH Munif Zuhri pada Jumat, 29 Juli 2022.
Adapun kirab tersebut ditujukan untuk menggiring tiga peti kayu berisi jubah agung pengasuh pesantren terdahulu yakni, KH. Hasan Muhibal (Mbah Hadi), KH. Sirojudin, dan KH. Muhammad Zuhri. Tiga peti tersebut kemudian diserahkan oleh KH Munif Zuhri kepada ahli waris atau keluarga yang ditunjuk agar membawanya ke makam leluhur terdahulu.
Pasukan iring-iringan yang dijaga ketat oleh Angkatan Muda Girikusumo (Amgi) itu, dipandu oleh pasukan pembawa bendera, kemudian diikuti oleh pihak keluarga pesantren, pembawa kendi, dan di belakangnya terdapat iring-iringan pemain gamelan, serta pembawa tumpeng raksasa dan gunungan sayur mayur.
“Keseluruhan ada 40 kendi yang diarak, karena ini juga berkaitan dengan simbol. Kemudian gunungan ada 4. Kita menganut filosofi dari para kasepuhan,” terangnya.
Sebanyak 40 kendi tersebut berisi air keberkahan dari kasepuhan pendiri sekaligus kasepuhan pesantren yakni Simbah Kyai Muhammad Hadi yang sebelumnya telah diadakan mujahadah dan doa bersama sebelum pelaksanaan Grebeg Suro Girikusumo.
“Ada mujahadah yang dilakukan oleh para ustadz yang ada di pesantren dan Kyai Ageng ini dengan membacakan beberapa wirid yang telah diijazahkan dari Simbah Yai, dan di mujahadah itu kita siapkan air dari kasepuhan Simbah Buyut Muhammad Hadi. Air yang sekarang kita arak di kendi-kendi itu merupakan air yang sudah dilakukan mujahadah sehari sebelumnya,” ungkap Gus Hanif.
Pada Grebeg Suro Girikusumo juga digelar sedekah. Gus Hanif menjelaskan bahwa, maksud sedekah dari pihak Pesantren Girikusumo dan Yayasan Kyai Ageng Giri agar mendapat berkah di tahun baru Islam ini.
“Memberikan sedekah kepada masyarakat yaitu berupa gunungan yang berisi hasil palawija dan sayur mayur. Ini sebagai bentuk doa agar selama satu tahun ke depan nanti, semua masyarakat yang ada di Pesantren Girikusumo dan Desa Banyumeneng pada umumnya mendapat berkah dari sedekah tersebut,” imbuh Gus Hanif.
Masyarakat sekitar pun tampak antusias mengikuti serangkaian acara Grebeg Suro Girikusumo, mulai dari awal sampai perebutan gunungan sayur mayur yang dipercaya mengandung keberkahan.
Salah satu warga Iza (30) mengatakan, acara ini bisa menjadi salah satu bentuk untuk mengenalkan kembali kepada generasi muda guna mengajak nguri-uri atau melestarikan budaya setempat.
“Zaman sekarang jarang sekali orang yang mau melestarikan budaya terutama Grebeg Suro. Dari segi bahasa saja, untuk anak-anak sekarang sudah melupakan bahasa Jawa sendiri. Apalagi hal-hal budaya yang mungkin setahun sekali, apa tidak semakin gampang untuk dilupakan itu kalau tidak dilestarikan,” ungkapnya. (Lingkar Network | Sekarsari – Koran Lingkar)