PATI, Lingkarjateng.id – Penyakit sifilis atau raja singa dapat dilakukan pencegahan dengan menghindari kontak seksual dari luka orang yang terinfeksi. Terlebih, sifilis merupakan salah satu Infeksi Menular Seksual (IMS).
Diketahui, setidaknya terdapat 14 kasus sifilis yang ditemukan pada bulan Januari hingga April 2023 di Kabupaten Pati.
Anggota DPRD Pati Maesaroh mengimbau masyarakat untuk menghindari pergaulan bebas, agar mengurangi risiko tertularnya penyakit sifilis dan menekan angka kasus sifilis di Pati.
“Kita seharusnya mengantisipasi. Itu diawali pergaulan bebas, karena hal semacam itu memang sulit dihilangkan. Tetapi apapun itu, kita harus sekuat tenaga untuk bisa. Meskipun tidak sepenuhnya bisa hilang, tapi paling tidak kan meminimalisir,” kata Maesaroh.
Dirinya mengatakan, sebagian besar kasus sifilis ditemukan di usia produktif. Karena masyarakat yang berada di usia produktif paling rentan melakukan pergaulan bebas, ditambah dengan efek negatif dari penggunaan media sosial yang mengakibatkan anak muda semakin mudah terjerumus ke dalam pergaulan bebas.
Menurut Maesaroh, penggunaan media sosial pada anak muda perlu kontrol orang tua, agar anak muda bisa menggunakan media sosial untuk sesuatu yang bermanfaat.
“Penggunaan media sosial yang sebebas ini perlu perhatian orang tua, karena anaknya tidak bisa tanpa media sosial. Jadi tetap perlu pengawasan dari orang tua,” tutur anggota DPRD Pati itu.
Selain orang tua, menurutnya, sekolah juga mempunyai peran penting dalam mengendalikan penggunaan media sosial, agar media sosial dimanfaatkan untuk kegiatan yang lebih positif.
“Kedua, dari sekolah sekarang juga membutuhkan media sosial. Jadi, pihak sekolah mengarahkan agar media sosial tidak dimanfaatkan untuk hal buruk, tetapi diarahkan dengan kegiatan-kegiatan yang positif,” tambahnya.
Ia mengatakan, hal yang tidak kalah penting dalam mencegah terjadinya pergaulan bebas yaitu memperkuat pendidikan agama, agar membentuk perilaku dan akhlak yang baik.
“Ketiga, pergaulan bebas ini harus dicegah dengan menguatkan pendidikan agama. Karena pendidikan agama memegang kuat untuk menahan mental dan juga akhlak,” pungkasnya. (Lingkar Network | Setyo Nugroho – Lingkarjateng.id)