PATI, Lingkarjateng.id – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pati mencatat kasus demam berdarah dengue (DBD) mencapai 566 kasus terhitung sejak bulan Januari hingga November 2024. Dari jumlah tersebut, terdapat 4 penderita DBD yang meninggal dunia.
“Ini tercatat ada 566 orang kasus itu dari Januari sampai November ini. Itu tercatat 566 orang kasus dengan kematian 4 orang yang terdiagnosa DBD maupun DSS atau dengue shock syndrome, dan yang meninggal usia 7 sampai 13 tahun,” ungkap Kepala Dinkes Pati, Aviani Tritanti Venusia, baru-baru ini.
Aviani menjelaskan bahwa kasus DBD di Kabupaten Pati didominasi anak-anak atau balita. Menurutnya, hal itu karena sistem kekebalan tubuh mereka yang masih lemah, berbeda dengan remaja hingga orang dewasa yang memiliki kekebalan tubuh lebih baik.
“Kalau yang terkena itu rata-rata memang di usia anak-anak. Yang banyak di usia anak-anak pastinya. Dan ini yang meninggal pun masih anak-anak dari usia 7 tahun 2 orang, 8 tahun 1 orang, dan 13 tahun 1 orang,” jelasnya.
Lebih lanjut, Aviani menjelaskan bahwa kasus DBD di Pati tahun ini lebih tinggi ketimbang tahun 2023 lalu. Menurutnya, lingkungan rumah yang kotor hingga rendahnya kemauan masyarakat untuk membersihkan selokan dinilai menjadi faktor utama dari tingginya kasus DBD di Kabupaten Pati. Sebab, kata Aviani, dari situlah perkembangbiakan nyamuk bisa sangat pesat dan berpotensi menyerang anak-anak yang mengakibatkan DBD.
Ia pun mengimbau masyarakat pun untuk senantiasa waspada dengan adanya penyakit DBD. Apalagi saat ini masuk di pergantian musim. Di samping itu, Dinkes Pati juga menghimbau agar masyarakat selalu melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) minimal satu kali selama seminggu.
“PSN paling minimal satu kali selama seminggu, ini penting untuk meminimalisir perkembangbiakan nyamuk penyebab DBD,” tutup Aviani. (Lingkar Network | Arif Febriyanto – Lingkarjateng.id)