JAKARTA, Lingkarjateng.id – Analis Intelijen, Pertahanan dan Keamanan, Ngasiman Djoyonegoro menyampaikan apresiasi terhadap kebijakan mutasi Polri pada lima pos penting, yaitu Wakil Kepala Kepolisian (Waka) Polri, Inspektur Pengawasan Umum (Irwasum) Polri, Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Kalemdiklat) Polri, Kasespim Lemdiklat Polri, dan Kepala Korps Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Kortas Tipikor).
“Lima Anggota Polri yang mengisi pos jabatan tersebut dikenal sebagai sosok yang piawai dan telah melalui tempaan yang cukup lama, sehingga diharapkan mampu untuk membawa Polri semakin baik di masa mendatang dalam mendukung transformasi Polri Presisi,” kata pria yang akrab dipanggil Simon itu.
Sosok yang dimaksud adalah Komjen Pol. Ahmad Dofiri sebagai Wakapolri. Komjen Dofiri adalah perwira tinggi Polri yang memimpin sidang Komisi Kode Etik Polri (KKEP) eks Kadiv Propam Polri, Ferdy Sambo. Pada 2018, Ahmad Dofiri juga menangani kasus penyerangan Gereja Katolik Santa Lidwina Bedog, Kecamatan Gamping, Sleman. Komjen Dofiri mengatakan pelaku penyerangan itu terkait jaringan teroris.
“Komjen Dofiri sering dikenal sebagai polisi santri. Segudang prestasi tindakan penegakan hukum dan penegakan etik di internal Polri memberikan bekal pemahaman yang mendalam kepada Komjen Dofiri ini terkait seluk beluk penegakan hukum di Indonesia dan juga membangun soliditas di internal Polri,” kata Simon.
Lalu ada Prof. Dr. Irjen Dedi Prasetyo menduduki pos jabatan Irwasum Polri. Irjen Dedi pernah mendapat penghargaan dari Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri) karena menjadi satu-satunya perwira tinggi Polri yang menulis buku dengan jumlah terbanyak. Penghargaan dianugerahkan pada 28 Mei lalu. Dedi sudah menulis 27 judul buku pada saat itu.
“Penulisan buku selain pembuktian karya akademis, juga pembuktian ketelitian dan kejelian dalam mengelola waktu, dedikasi, dan inisiatif yang tinggi, sehingga dengan karakter ini diharapkan akan mampu meningkatkan pengawasan Polri,” kata Simon.
Sosok ketiga adalah Prof. Dr. Irjen Pol. Chryshnanda Dwilaksana pada pos Kalemdiklat Polri. Irjen Chrys dikenal dengan keilmuan dan keahlian dalam mempersiapkan generasi baru Polri. Selain bergelar profesor doktor, Irjen Chrys juga seorang dosen di beberapa universitas ternama di Indonesia. “Pengetahuan dan keahlian akademiknya, saya kira akan mampu membangun karakter Anggota Polri yang berdedikasi tinggi,” kata Simon.
Selanjutnya ada Irjen Pol. Rudi Darmoko Kasespim Lemdiklat Polri. Irjen Rudi yang merupakan lulusan terbaik Akpol 1993 ini berpengalaman dalam bidang SDM.
“Pengalaman Irjen Rudi sejak 2012 terkait pengembangan SDM Polri berpotensi untuk orientasi kemajuan SDM Polri di masa mendatang,” kata Simon.
Terakhir Brigjen Cahyono Wibowo yang ditunjuk sebagai Kepala Korps Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Kakortas Tipikor) Polri. Brigjen Cahyono merupakan sosok yang berpengalaman di bidang tindak pidana korupsi, selain sebelumnya ditugaskan di lingkungan Bareskrim Polri untuk tindak pidana korupsi, kiprahnya sebagai salah satu penyidik KPK tidak diragukan.
“Kiprah Brigjen Cahyono yang sudah malang melintang dalam tindak pidana korupsi selaras dengan salah satu dari visi Asta Cita dalam menguatkan upaya-upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi sebagaimana ketegasan panglima pemberantasan korupsi, Presiden Prabowo Subianto,” ucap Simon.
Menurut Simon, program penguatan SDM oleh Kapolri ini bertujuan untuk transformasi Polri sesuai tujuan visi Polri Presisi. “The right man on the right place menempatkan seseorang sesuai dengan kemampuan atau keahliannya,” kata Simon.
Untuk mencapai Indonesia Emas 2045, Indonesia membutuhkan segudang SDM unggul, baik di level masyarakat maupun penyelenggara negara. “Saya kira adanya kelima sosok di atas merupakan bentuk nyata Kapolri untuk mendukung SDM unggul transformasi Polri Presisi sebagaimana dicanangkan dan visi Asta Cita oleh Presiden Prabowo sebagai fondasi untuk menuju Indonesia Emas 2045,” pungkas Simon. (Nailin RA – Lingkarjateng.id)