SEMARANG, Lingkarjateng.id – Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menyatakan bahwa ia akan berkomunikasi langsung dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng untuk membahas nasib anak-anak yang mengalami masalah pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2024 tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).
Khususnya, Wali Kota Semarang yang akrab disapa Mbak Ita itu menyoroti soal piagam marching band yang dianulir. Meski para orang tua dan murid sudah tidak mempermasalahkan dianulirnya piagam marching band, mereka berharap pendaftaran tetap bisa dilakukan dengan mengganti piagam yang dianulir dengan piagam lain.
Hal tersebut disampaikan Mbak Ita saat mengadakan audiensi dengan orang tua murid mengenai permasalahan penganuliran piagam.
“Saya lihat orang tua sudah tidak masalah, tapi yang dimasalahkan adalah sistem. Saat terakhir daftar ulang, masih ada nama anak-anak yang sebenarnya sudah tidak bisa diterima karena piagam yang dianulir,” ujar Mbak Ita pada Senin, 15 Juli 2024.
Mbak Ita mengaku baru memahami permasalahan ini karena kewenangan penanganan ada di Pemprov Jateng. Namun, karena yang terlibat adalah warga Kota Semarang, ia merasa perlu mengawal agar permasalahan tersebut segera menemukan solusi.
“Dari pihak orang tua dan murid menginginkan agar piagam lain yang valid dapat digunakan sebagai pengganti piagam yang dianulir. Namun saya berharap upaya dilakukan bisa memberikan solusi bagi orang tua, siswa, dan Pemprov Jateng,” ucapnya.
Ia mengatakan bahwa pihaknya berencana menerbitkan regulasi terkait ketentuan dalam kegiatan kejuaraan pelajar. Selain itu, ia menekankan evaluasi dari Pemkot Semarang untuk mencegah kejadian serupa.
Lebih lanjut, Mbak Ita meminta agar semua pihak tidak berpikir buruk terhadap murid maupun orang tua yang mengalami masalah ini, karena mereka adalah korban dari dugaan pemalsuan piagam. Ia juga mengimbau kepada media yang memiliki contoh piagam dengan nama anak bersangkutan agar bisa men-take down (menurunkan) untuk menjaga psikologinya.
Di sisi lain, Mbak Ita memastikan Pemkot Semarang siap membantu pendidikan anak-anak kurang mampu yang tidak diterima di sekolah negeri, serta memberikan pendampingan psikologis bagi yang mengalami trauma akibat kejadian ini.
“Anak tidak mampu bisa dibiayai oleh APBD dengan program beasiswa. Kalau bukan dari kategori tidak mampu, kita punya program Gerbang Harapan untuk membantu mereka sekolah di swasta,” imbuhnya.
Perwakilan orang tua murid, Indah, mengklaim bahwa nama anak-anak yang menggunakan piagam marching band internasional secara virtual masih terdata di sistem PPDB, namun mereka tidak bisa melanjutkan proses pendaftaran.
“Secara otomatis anak-anak terlempar karena tanggal 12 jatah jalur prestasi daftar ulang, karena tidak bisa sesuai juknis dianggap mengundurkan diri,” jelas Indah. (Lingkar Network | Rizky Syahrul Al-Fath – Lingkarjateng.id)