SEMARANG, Lingkarjateng.id – Jajaran Forkompimda Kabupaten Semarang menggelar Apel Siaga Bencana, sebagai wujud kesiapsiagaan relawan gabungan serta alat sarana prasarana (sarpras) menghadapi berbagai jenis bencana hidrometeorologi.
Apel tersebut dipimpin langsung oleh Bupati Semarang, Ngesti Nugraha dan dihadiri seluruh jajaran Forkompimda dan relawan gabungan yang ada di Kabupaten Semarang.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Semarang, Alexander Gunawan Tribiantoro mengungkapkan bahwa apel tersebut bertujuan untuk mengantisipasi bencana hidrometeorologi.
“Dan diprediksi, puncak hujan ini akan terjadi pada Februari 2024 mendatang, dan apel ini kami lakukan untuk antisipasi dan kesiagaan kami seluruh Forkompimda dan relawan di Kabupaten Semarang menghadapi musim penghujan saat ini,” ungkapnya usai acara Pengerahan Peserta Apel Penanggulan dan Gelar Peralatan Tahun 2023 di Lapangan Alun-Alun Bung Karno, Kalirejo, Ungaran Timur, Kabupaten Semarang.
Ia menjelaskan BPBD Kabupaten Semarang telah memetakan kawasan yang rawan terjadi bencana di musim penghujan ini.
“Ya, kami telah memetakan titik-titik mana saja atau wilayah mana saja yang masuk rawan bencan di musim penghujan ini,” paparnya.
Beberapa wilayah di Kabupaten Semarang yang masuk kategori rawan bencana, diantaranya Kecamatan Banyubiru, Ambarawa, Kecamatan Getasan, Kecamatan Sumowono, dan Kecamatan Jambu.
“Untuk beberapa wilayah tersebut kami minta waspada, termasuk diantaranya yakni wilayah-wilayah yang kemarin habis terjadi kebakaran lahan dan hutan (karhutla) itu merupakan titik rawan terjadinya bencana tanah longsor dan banjir bandang di Kabupaten Semarang,” jelas Alex.
Sebagai langkah dan upaya tanggap bencana, Alex mengungkapkan BPBD Kabupaten Semarang telah memiliki beberapa jalur contact komunikasi.
“Diantaranya ada di contact komunikasi kedaruratan BPBD via WhatsApp, lalu kami juga stanby-kan dua regu untuk memonitor di jaringan antar kecamatan dan juga monitor di jaringan damkar. Kami juga memiliki relawan yang cukup banyak, baik dari PMI dan lainnya kita sudah standby-kan juga di antar kecamatan,” terangnya.
Jika terjadi kebencanaan di wilayah Kabupaten Semarang, kata dia, akan langsung dikoordinasikan bersama para relawan.
“Termasuk diantaranya adalah adanya sarpras kentongan yang kami nilai masih efektif untuk memberitahu warga jika ada bencana terjadi, meski ada teknologi yang baru, tapi kentongan ini masih efektif juga untuk memberitahu warga jika ada bencana terjadi,” sebutnya.
Pihaknya menambahkan saat ini ada 22 desa tanggap bencana di Kabupaten Semarang sehingg segala rambu-rambu yang dibutuhkan untuk proses evakuasi.
“Di 22 desa tanggap bencana ini kita sudah pasangkan sarpras sebagai rambu-rambu warga di masing-masing lokasi itu. Dan rambu-rambu itu juga dimanfaatkan bagi warga sekitar sebagai petunjuk proses evakuasi dan juga memudahkan kami dalam menindaklanjuti sebuah bencana yang terjadi,” tukas Alex. (Lingkar Network | Hesty Imaniar – Lingkarjateng.id)