PATI, Lingkarjateng.id – Kenaikan harga Pertamax yang ditetapkan oleh pemerintah dari Rp9.000 menjadi Rp13.000 mulai tanggal 1 April lalu, semakin menekan perekonomian rakyat. Pasalnya kenaikan bahan bakar minyak (BBM) ini menggenapi penderitaan rakyat setelah kenaikan harga minyak goreng. Banyak politisi menilai, kenaikan harga tersebut seharusnya tidak terjadi di tengah pandemi Covid-19 yang masih merebak. Salah satunya adalah anggota Komisi D DPRD Pati, Wardjono yang menilai kenaikan harga BBM, khususnya Pertamax akan berpengaruh terhadap masyarakat menengah ke bawah.
“Kenaikan harga BBM khususnya Pertamax akan berimbas pada masyarakat kecil. Karena pengguna Pertamax rata-rata adalah masyarakat yang cukup mampu (menengah ke atas). Jika Pertamax naik, dikhawatirkan orang-orang yang cukup mampu ini akan beralih ke Pertalite yang sebagian besar digunakan oleh masyarakat biasa,” ujarnya.
DPRD Pati Soroti Harga Minyak Goreng, Wardjono: Pikirkan Pelaku UMKM
Politisi dari PKS ini pun mengatakan, dengan naiknya harga Pertamax, pemerintah harus menjamin ketersediaan BBM jenis Pertalite agar tidak semakin memberatkan masyarakat.
“Dengan kenaikan Pertamax, jangan sampai ada kelangkaan Pertalite. Pemerintah harus bisa menjamin ketersediaannya. Ada kemungkinan, masyarakat beralih ke Pertalite mengingat mahalnya harga Pertamax. Saya khawatir jika Pertalite ini langka, maka akan menimbulkan masalah baru pada masyarakat,” tambahnya.
Dengan tersedianya Pertalite di pos-pos pengisian bahan bakar, akan menjamin adanya bantuan berupa minyak subsidi dari pemerintah. (Lingkar Network | Arif Febriyanto – Lingkarjateng.id)