JEPARA, Lingkarjateng.id – Kabupaten Jepara dikenal dengan sebutan Kota Ukir lantaran seni ukiranya sudah tidak diragukan lagi, baik di luar daerah maupun Indonesia. Bahkan, di era perkembangan teknologi pesat saat ini, keberadaan mesin computer numerical control (CNC) yang mampu menghasilkan produk ukiran kayu tidak membuat pengukir Jepara insecure alias merasa tidak aman.
Hal itu diungkapkan pengukir senior Sutrisno saat dialog khusus membahas regenerasi seni ukir Jepara. Ia mengatakan, pelaku usaha industri seni ukir di Bumi Kartini tidak khawatir akan kehilangan pasar produk mebel dan ukir di luar negeri.
“Keberadaan mesin CNC tidak akan mampu menggantikan produk ukir dengan karakter otentik seperti yang dihasilkan pengukir Jepara,” kata Sutrisno percaya diri.
Jepara Genjot Promosi Sektor Pariwisata
Karakter ukiran yang berbeda, lanjut Sutrisno, tidak akan menghilangkan seni ukir dari Jepara. Dengan kondisi tersebut, ia meyakini ukiran Jepara akan tetap lestari dan menjadi heritage Jepara, bahkan nasional.
Lebih lanjut, Sutrisno menyebu mesin CNC tidak akan bisa menghasilkan produk ukir sebagaimana yang dihasilkan tangan-tangan terampil pengukir Jepara.
Senada, Bupati Jepara Dian Kristiandi mengungkapkan, di Jepara seni ukir adalah budaya yang diwariskan turun-temurun. Pada masa keemasan Ratu Kalinyamat abad XVI, patih kerajaan bergelar Sungging Badar Duwung mengajarkan seni ini secara luas kepada rakyat Jepara. Pola pewarisannya menjadikan pasar internasional mengenal kualitas ukir Jepara sebagai yang terbaik.
Artsorika Muria, Ajak Warga Jepara Menjaga Kebudayaan dan Alam Sekitar
Diketahui, berdasarkan data tahun 2020, unit usaha besar yang dimiliki Jepara di sektor ini dikelola 387 eksportir. Sedangkan skala kecil hingga menengah mencapai 3.438 unit usaha. Sektor ini mendominasi kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) rata-rata berkisar 34,5 persen. Mebel ukir juga mendominasi penyerapan tenaga kerja, nilai investasi, nilai produksi, dan nilai ekspor Jepara.
Keyakinan ini diperkuat pengukir milenial Hendra Styawan. Menurutnya, meski dalam jumlah yang terbatas masih terdapat pengukir milenial yang begitu mencintai Jepara dan budaya. Komunitas ini menggariskan generasi muda Jepara sebagai trah pengukir yang harus nguri-uri budaya adiluhung tersebut. (Lingkar Network | Adhik Kurniawan – Koran Lingkar Jateng)