JEPARA, Lingkarjateng.id – Akibat harga minyak goreng yang melejit beberapa waktu terakhir ini, membuat produsen kerupuk di Desa Purwogondo, Kecamatan Kalinyamatan nyaris gulung tikar.
Salah satu produsen kerupuk, Nazili (45) mengatakan, sudah sejak masa pandemi di tahun kedua ini usahanya nyaris gulung tikar. Bagaimana tidak, harga minyak goreng beberapa bulan terakhir melonjak tinggi dari harga normal Rp 10.000 menjadi Rp 18.500 per liter nya. Sedangkan untuk harga jual kerupuk tidak bisa dinaikkan.
Kondisi tersebut sudah berlangsung lama, bahkan ia menyebutkan dari grup sosial media (sosmed), 30 persen pengrajin kerupuk di tanah air sudah gulung tikar.
“Kalau kita naikkan harga jualnya, kita kalah bersaing dengan yang lain. Mengingat pengusaha lain harga jualnya tetap, bahkan banyak yang sudah berhenti,” ujarnya, saat ditemui di tempat usahanya, Rabu (5/1).
Disperindag Jepara Tunggu Langkah Pusat untuk Stabilkan Harga
Hal ini menyebabkan turunnya omzet dan laba pada usaha yang digelutinya selama 10 tahun lebih ini. Dengan kata lain, ia harus mengurangi laba. Bahkan terkadang harus menguras tabungannya untuk menutupi biaya produksi tiap harinya.
“Mau bagaimana lagi, kadang harus nombok dengan tabungan untuk dapat bertahan,” imbuhnya
Saat ini, dia hanya bisa memproduksi 1,5 sampai 2 kuintal per harinya. Sebelumnya ia mempekerjakan 8 karyawan, namun saat ini tinggal 4 karyawan saja.
“Cukuplah 4 karyawan dengan kondisi saat ini, karena produksi pun juga sedikit,” keluhnya.
Dia pun berharap pemerintah secepatnya menstabilkan harga minyak yang saat ini mencekik para pembuat kerupuk di tanah air.
“Semoga pemerintah secepatnya menstabilkan harga minyak agar kembali murah, agar pengrajin krupuk tidak ada lagi yang bangkrut,” harapnya. (Lingkar Network | Koran Lingkar Jateng)