LAMPUNG, Lingkarjateng.id – Pemilihan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Ketum PBNU) terpaksa diskors karena menuai banyak protes. Kericuhan tersebut terjadi lantaran sistem pemindai keabsahan peserta muktamar bermasalah. Sistem tidak berjalan dengan baik akibat adanya pembatasan sinyal saat kehadiran Wakil Presiden Ma’ruf Amin dalam Muktamar ke-34 NU di Lampung, Jumat (24/12).
Sembari menunggu sistem normal kembali, beberapa peserta muktamar menyampaikan interupsi. Mereka menanyakan nasib 29 Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) yang bermasalah saat verifikasi.
“PCNU yang bermasalah yang ditayangkan itu jangan ada di sini, karena kita tidak tahu menyusup masuk karena masih punya id card,” ujar peserta muktamar seperti dikutip Lingkarjateng.id dari RRI.co.id.
Akan tetapi, protes tersebut langsung disambut pimpinan sidang, M. Nuh. “Kemarin begitu ditetapkan masih bermasalah, id card sudah ditahan,” jawabnya.
Dua Kandidat Mencuat dalam Muktamar ke-34 PBNU
Panitia Muktamar ke-34 NU juga telah memastikan bahwa 39 PCNU bermasalah tidak akan mengikuti pemilihan. Meski begitu, interupsi tidak lantas berhenti. Peserta beralih mempermasalahkan jalannya sidang yang tidak teratur. Sebagian muktamirin meminta Pleno diskors karena banyak orang berlalu lalang dan tidak ditertibkan panitia.
Untuk mengendalikan situasi, akhirnya pimpinan sidang menghentikan proses pencoblosan Ketua umum PBNU dan mengosongkan arena muktamar.
“Dirapikan dulu, baru setelah itu nyoblos, ya. Saya skors dulu, dirapikan dulu,” ujarnya mengendalikan kericuhan yang terjadi. Dalam Muktamar ke-34 NU terpilih dua calon Ketua Umum PBNU yaitu KH Yahya Cholil Staquf dan KH Said Aqil Siradj. Peserta muktamar diperkirakan mencapai 2.295 orang berasal dari 34 PWNU (102 orang), 521 PCNU (1.563 orang), 31 PCINU (93 orang), 14 badan otonom (42 orang), dan 18 lembaga (54 orang) di tingkat pusat. (Nai | Lingkarjateng.id)