KENDAL, Lingkarjateng.id – Pemkab Kendal melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan mendirikan sekolah inklusi, dengan maksud agar para siswa berkebutuhan khusus bisa bersekolah di sekolah reguler. Sebagai percontohan, sebanyak 10 sekolah membuka sekolah inklusi, salah satunya SMPN 3 Patean.
Sebagai tanda dimulainya sekolah inklusi, Bupati Kendal, Dico Ganinduto mengunjungi SMPN 3 Patean pada Kamis (27/1). Sekaligus membuka piloting project untuk sekolah inklusi di Kabupaten Kendal dan meresmikan gedung inklusi.
Bupati Dico mengatakan, bahwa siapa pun termasuk anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) harus diperlakukan sama. Pemkab Kendal memulainya dari sekolah dengan membuat kegiatan percontohan mengajak siswa berkebutuhan khusus bersekolah secara reguler di sekolah inklusif.
Bupati Kendal Pantau Harga Minyak Goreng di Pasar Tradisional
“Saya ingin di pemerintahan saya ini tidak ada perbedaan, terutama bagi siswa. Saya perintahkan kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk membuat sekolah inklusif agar mereka yang berkebutuhan khusus bisa bersekolah seperti siswa yang lainya,” ujar Dico.
Sepuluh sekolah dari berbagai tingkatan yaitu TK/PAUD, SD dan SMP menjadi proyek percontohan Sekolah Inklusi. “Siswa berkebutuhan khusus berbaur dengan siswa lainnya dan suasana sekolah juga dibuat senyaman mungkin agar tidak ada rasa minder,” lanjutnya.
Sekolah Inklusif, kata Dico, bukan hal yang baru karena di beberapa kota besar sudah ada. Dirinya berharap akan muncul toleransi yang tinggi terkait Sekolah Inklusi ini. Ke depan Bupati Dico mengharapkan semua sekolah adalah sekolah inklusi.
Bupati Kendal Ingatkan 5 Fokus Kerja Disperkim
Warsiyatun, Kepala SMP N 3 Patean menjelaskan, di sekolahnya ada 16 siswa berkebutuhan khusus. Dalam keseharian siswa berkebutuhan khusus tersebut, masuk ke kelas reguler dan di hari tertentu diberi pelajaran di gedung inklusi dengan bimbingan secara khusus.
“Saat di ruang inklusi diberikan pelajaran khusus bagi siswa berkebutuhan khusus termasuk pelajaran agar mereka tidak minder, sehingga saat belajar bersama secara reguler mempunyai kepercayaan diri,” ujar Warsiyatun.
Untuk mengurangi rasa minder, kepada para siswa berkebutuhan khusus digali dari potensi dan kelebihan lain yang tidak dimiliki oleh siswa kebanyakan. “Rasa minder kami hilangkan dengan memotivasi mereka bahwa dibalik kekurangan tersimpan kelebihan yang luar biasa,” lanjutnya. (Lingkar Network | Unggul Priambodo – Koran Lingkar)