JAKARTA, Lingkarjateng.id – Saat ini, kehidupan begitu lekat dengan teknologi yang memaksa kita untuk selalu di depan gawai dan barang elektronik. Kegiatan tersebut memiliki dampak buruk, bukan hanya untuk kesehatan mata, namun juga untuk kesehatan kulit akibat paparan sinar radiasi.
Menurut Lila Dewi, Research and Development dari PT. Kosmetika Global Indonesia, perangkat seperti laptop, telepon, tablet, TV, bahkan bola lampu LED yang memancarkan sinar biru merupakan hal yang biasa. Namun, memiliki dampak yang buruk bagi kulit wajah jika terlalu lama.
“Sinar biru atau blue light ternyata memiliki dampak dan bisa membahayakan bagi kulit jika sering terkena pancarannya. Paparan cahaya biru bahkan lebih bermasalah bagi orang yang memiliki kulit berwarna,” kata Dewi.
Dalam sebuah studi 2010 yang diterbitkan dalam The Journal of Investigative Dermatology. Hal ini terbukti menyebabkan hiperpigmentasi pada kulit warna sedang hingga gelap, sementara untuk kulit yang lebih terang relatif tidak terpengaruh.
Pengaruh buruk blue light dapat merangsang produksi radikal bebas di kulit, yang dapat mempercepat munculnya penuaan. Komunitas medis mengkategorikan warna kulit berdasarkan pada bagaimana ia bereaksi terhadap sinar UV.
Tipe satu adalah warna paling terang dengan sensitivitas sinar UV. Kulit tipe dua terkena sinar biru tetapi tidak mengalami pigmentasi.
Sedangkan, kulit berwarna akan menggelap, dan kegelapan itu bertahan selama beberapa minggu. Sinar biru bahkan dapat merusak DNA. (Lingkar Network | Koran Lingkar Jateng)