Wisata Religi Pati, Ziarah ke Makam Ulama Besar Ki Ageng Ngerang

POTRET: Makam Ki Ageng Ngerang. (Dok. Instagram @dinporapar.pati/Lingkarjateng.id)

POTRET: Makam Ki Ageng Ngerang. (Dok. Instagram @dinporapar.pati/Lingkarjateng.id)

Lingkarjateng.id – Salah satu makam ulama di Pati yang tersohor serta memiliki sejarah panjang dalam perkembangan Kabupaten Pati ialah makam Ki Ageng Ngerang. Beliau merupakan seorang ulama besar dan sakti berasal Juwana yang disegani masyarakat.

Dalam menyiarkan agama Islam, Ki Ageng Ngerang memiliki banyak murid dari Sunan Muria, Sunan Kudus, Adipati Pathak Warak, Kapa dan adiknya hingga Gentiri dan masih banyak lagi.

Ki Ageng Ngerang atau yang biasa disebut sebagai Sunan Ngerang I merupakan seorang ulama besar atau wali nukbah yang hidup semasa Dewan Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di Juwana, Lereng Muria dan lereng pegunungan Kendeng Pati Selatan.

1. Silsilah Ki Ageng Ngerang

Nama lengkap Ki Ageng Ngerang adalah Syekh Ronggo Joyo yang merupakan putra dari seorang ulama besar Syekh Maulana Maghribi. Beliau merupakan keturunan Nabi Muhammad SAW ke-26. Beliau menikah dengan Nyai Ageng Ngerang, keturunan bangsawan Kerajaan Majapahit.

Makam beliau dijaga dengan baik oleh masyarakat padukuhan Ngerang Desa Trimulyo dan terakhir kali makam dipugar total pada tahun 2008. Kemudian, diresmikan oleh Keluarga Besar Keraton Surakarta Hadiningrat pada tahun 2011 bertepatan dengan bulan Maulud Haul ke-22 Ki Ageng Ngerang.

2. Lokasi Makam Ki Ageng Ngerang

Makam Sunan Ngerang terletak di Desa Pekuwon, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, tepatnya di kompleks Makam Sentono. Namun, ada juga yang percaya bahwa makam beliau berada di Desa Trimulyo, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati.

Awal mula ditemukan Makam Ki Ageng Ngerang ini mempunyai sejarah panjang. Sebelumnya, warga hanya menemukan sebuah nisan yang tertanam di makam. Namun, bentuk nisan itu berbeda dengan yang lainnya, bahkan hampir mirip dengan nisan para raja.

Merasa penasaran, masyarakat kemudian menanyakan peristiwa itu kepada orang yang lebih kompeten. Diceritakan, nisan itu memang mempunyai sejarah hingga orang tersebut menyebut itu adalah nisan milik Syekh Ronggo Joyo yang kemudian dikenal dengan sebutan Ki Ageng Ngerang.

Karena berbagai peristiwa sejarah itu, para sesepuh Desa Trimulyo meyakini bahwa Ki Ageng Ngerang memang ulama besar yang patut untuk dihormati.

9 Wisata Religi di Kabupaten Pati

3. Syiar Islam

Ki Ageng Ngerang menyebarkan agama Islam di sekitar Juwana, Lereng Muria dan di Lereng Pegunungan Kendeng Pati Selatan.

Saat ini, data yang meriwayatkan kisah hidup Sunan Ngerang bisa dibilang masih minim. Tetapi ada satu kisah antara Sunan Ngerang dan Sunan Muria yang terkenal. Bahkan sering dimainkan dalam lakon ketoprak (drama tradisional yang berasal dari Jawa). Kisahnya adalah ketika Sunan Ngerang mengadakan acara syukuran.

Dalam acara tersebut hadir murid-murid serta tetangga yang sebelumnya diundang oleh Sunan Ngerang. Singkat cerita karena sudah banyak yang mempublikasikan cerita ini, Dewi Roroyono pada malam harinya putri Sunan Ngerang diculik oleh Pathak Warak.

Dalam cerita tersebut, pencarian pun dilakukan sayembara. Saat itu pula hanya Sunan Muria yang bersedia memenuhi permintaan gurunya itu. Di tengah perjalanan Sunan Muria bertemu dengan Kapa dan Gentiri.

Mereka menyatakan diri sanggup untuk membantu mencari Dewi Roroyono. Bila berhasil, maka Sunan Muria tetap berhak menikahi Dewi Roroyono. Saat itu Sunan Muria harus kembali ke Padepokan Gunung Muria untuk membimbing para santri. Oleh sebab itu, Beliau mengizinkan Kapa dan Gentiri mewujudkan itikad baiknya.

Mereka yang pada akhirnya meminta bantuan seorang tokoh sakti di Pulau Seprapat bernama Wiku Lodhang Datuk. Usaha mereka menuai hasil. Dewi Roroyono kembali ke Ngerang.

POTRET: Makam Ki Ageng Ngerang. (Dok. Instagram @dinporapar.pati/Lingkarjateng.id)

Sedangkan Pathak Warak lumpuh di tangan Sunan Muria karena ulahnya sendiri yang mengajak Sunan Muria berkelahi. Selanjutnya, sesuai janji Sunan Ngerang, Sunan Muria akhirnya dinikahkan dengan Dewi Roroyono. Demikian pula Kapa dan adiknya, Gentiri yang diberi hadiah berupa tanah yang terletak di Desa Buntar, Karanganyar.

Namun sangat disayangkan, setelah Dewi Roroyono dinikahi Sunan Muria, Kapa dan Gentiri terlanjur jatuh hati pada kecantikan Dewi Roroyono sewaktu membawanya pulang. Akhirnya mereka berniat untuk merebut Dewi Roroyono dari tangan Sunan Muria.

Untuk melancarkan aksinya, Gentiri datang sendiri ke Gunung Muria. Aksinya ternyata dipergoki oleh murid-murid Sunan Muria. Pertempuran pun tak dapat dihindari. Akhirnya Gentiri tewas di puncak Gunung Muria.

5 Rekomendasi Objek Wisata Religi di Salatiga

Mengetahui tewasnya Gentiri, Kapa tidak mundur. Ia mengambil strategi lain dengan datang ke Gunung Muria pada malam hari.

Saat Sunan Muria dan beberapa muridnya sedang bepergian ke Demak Bintoro. Aksinya berhasil dan membawa Dewi Roroyono ke Pulau Seprapat untuk bertemu sang guru, Wiku Lodhang Datuk.

Ia berharap mendapat perlindungan. Akan tetapi kedatangannya tidak mendapat sambutan baik. Ia justru dimarahi dan dimaki oleh gurunya sendiri.

Saat mereka berseteru, tiba-tiba datanglah Sunan Muria dan beberapa muridnya. Kebetulan Sunan Muria juga ingin berkunjung ke sana. Hal tersebut sudah menjadi kebiasaan Sunan Muria untuk mengukuhkan silaturahmi.

Melihat kedatangan Sunan Muria, Kapa langsung menjuruskan serangan menggunakan kesaktian miliknya. Beliau menggunakan aji pamungkas, puncak kesaktiannya. Namun Sunan Muria bukanlah tandingan Kapa.

Jurus yang ditujukan kepada Sunan Muria berbalik ke arahnya hingga mengakibatkan beliau tewas seketika. Kemudian Sunan Muria dan Dewi Roroyono pulang ke Gunung Muria guna melanjutkan dakwah.

Adapun dalam Sabda Palon: Sandyakala Wilwatikta (2019) Sunan Ngerang pernah menghadiri pertemuan dengan para ulama, termasuk Walisongo di Pesantren Ampel Denta atas undangan Sunan Ampel. Hal itu menunjukkan bahwa Sunan Ngerang atau Syaikh Nurul Yaqin pernah ikut andil bersama Walisongo dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia pada umumnya dan di Jawa pada khususnya.

Karena berbagai peristiwa sejarah itu, kemudian para sesepuh Desa Trimulyo meyakinkan diri bahwa Ki Ageng Ngerang memang ulama besar yang patut untuk dihormati. Bahkan hingga saat ini, warga masyarakat sangat antusias untuk mengikuti prosesi haul Mbah Sunan Ngerang tersebut.

Haul tersebut dilaksanakan setiap tanggal 17 Rabiul Awal. Haul ini mendatangkan keluarga dari Kerajaan Paku Alaman Surakarta dan dimeriahkan dengan kirab Pusaka Tombak Ki Ageng Ngerang. (Lingkar Network | Sukmawati Lingkarjateng.id)

Sumber Referensi:

Pemerintah Kabupaten Pati. Ziarah Ki Ageng Ngerang-Data Pariwisata. Diakses pada 30 September 2022, dari https://direktoripariwisata.id/unit/2330

Exit mobile version