SEMARANG, Lingkarjateng.id – Kegiatan sembahyang Imlek di Klenteng Tay Kak Sie, dibatasi 100 orang saja. Lokasi klenteng tersebut berada di Jalan Gang Lombok Nomor 62, Purwodinatan, Semarang Tengah.
Sekretaris Yayasan Tay Kak Sie, Andre mengungkapkan, pembatasan itu bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya kerumunan saat momen Imlek. Selain itu sebagai upaya pencegahan penularan Covid-19.
Pihaknya memberlakukan sistem 50 persen secara bertahap. Artinya dari 100 orang yang hadir, 50 orang diizinkan masuk terlebih dahulu. Setelah mereka selesai sembahyang dan keluar dari klenteng, kemudian umat lainnya baru diizinkan masuk.
Jelang Imlek, Grup Barongsai di Semarang Kebanjiran Order
“Kota Semarang sekarang masuk PPKM level 2, jadi pembatasan itu kami lakukan. Mengantisipasi membludaknya umat yang akan sembahyang,” ujar Andre, Senin (17/1).
Dalam status PPKM level 2, lanjutnya, Klenteng Tay Kak Sie tidak menggelar perayaan besar seperti tahun-tahun sebelum pandemi. Sehingga kegiatan perayaan Imlek 2022 difokuskan untuk beribadah.
Kendati demikian, agenda tahunan seperti pembagian angpau dan sembako tetap diadakan Klenteng Tay Kak Sie. Biasanya agenda tersebut dilangsungkan sebelum perayaan Imlek. “Pembagian angpau dan sembako menjadi agenda tahunan kami, ada sekitar 1.500 angpau dan paket sembako yang kami bagikan ke masyarakat,” ungkapnya.
Pesona Desa Wisata Janggalan Kudus dengan Segudang Kebudayaan
Lebih lanjut, Andre menjelaskan jadwal-jadwal agenda jelang perayaan Imlek 2022 di Klenteng Tay Kak Sie. Pembagian angpau digelar pada 15, 16, 22, 23 Januari 2022. Kemudian sembahyang Toa Pek Kong Naik untuk membawa catatan perbuatan umat ke Tuhan berlangsung pada 26 Januari 2022.
Kemudian dilanjutkan dengan bersih-bersih patung pada 27 Januari 2022. Sementara perayaan Imlek 2022 jatuh pada 1 Februari 2022 mendatang. Sebagai informasi, Klenteng Tay Kak Sie bukanlah bangunan yang terbesar di Ibu Kota Jawa Tengah. Namun klenteng tersebut memiliki altar terbanyak dibandingkan yang lainnya.
“Bukan paling besar karena bangunannya, tapi karena disini banyak altar. Paling besar adalah altar Dewi Kwan Im atau dewi welas asih,” tandasnya. (Lingkar Network | Dinda Rahmasari – Koran Lingkar)