Cara Bedakan Postur Tubuh Pendek dan Stunting

ILUSTRASI: Seorang anak mengukur tinggi badan. (Freepik @sherry/Lingkarjateng.id)

ILUSTRASI: Seorang anak mengukur tinggi badan. (Freepik @sherry/Lingkarjateng.id)

Lingkarjateng.id – Masa pertumbuhan merupakan waktu paling penting dalam memantau tumbuh kembang dan kesehatan anak. Salah satu yang perlu diwaspadai adalah perkembangan postur tubuh dan berat badan anak. Pasalnya, kasus tinggi dan berat badan anak bisa menjadi tanda bahwa seorang anak mengalami stunting

Dokter spesialis anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof Aman Bhakti Pulungan, mengatakan bahwa anak postur pendek bukan berarti stunting namun tetap harus diperiksa tumbuh kembangnya.

Stunting adalah pendek tapi tidak semua anak pendek itu stunting,” ujar Prof Aman.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, stunting adalah gangguan tumbuh kembang yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai.

Salah satu indikator dari anak stunting adalah tinggi badannya tidak berkembang sesuai dengan usia anak. Stunting juga berpengaruh pada perkembangan otak anak yang dampak pada kecerdasaannya.

Prof Aman menuturkan bahwa untuk mendefinisikan anak bertubuh pendek mengalami stunting atau tidak, bisa dilihat berdasarkan tabel pertumbuhan.

Apabila tinggi dan berat badan anak tidak mengalami pertumbuhan maka dia bisa dikatakan mengalami stunting. Sedangkan anak yang memiliki berat badan normal namun tidak bertambah tinggi dapat diperhatikan dengan melihat genetik keluarga.

“Kalau pendek karena keluarganya pendek ya kita bisa hitung dari potensi genetik, tinggi badan orangtua dan biasanya dia beratnya normal,” ujar Prof Aman.

Meski begitu, memberikan porsi makan berlebihan juga tidak baik untuk kesehatan anak.

“Tapi jangan dikasih makan berlebihan nanti dia akan obese (berat badan berlebih). Kurva berat dan tinggi ini yang jadi kuncinya,” lanjutnya.

Akan tetapi, Prof Aman menambahkan, anak yang pertumbuhan tinggi badannya tidak berkembang harus diperiksa kepada ahli untuk dilihat apabila terjadi kelainan genetik.

“Kalau dia pendek karena kelainan genetik bisa diperiksa, kelainan genetiknya itu bisa russel silver syndrom,” ucapnya.

Prof Aman mengingatkan agar orangtua selalu memperbarui pengetahuan dan terus belajar tentang tumbuh kembang anak. Menurutnya, ini sangat berguna untuk mencegah terjadinya stunting.

“Kita harus paham bahwa pendek itu karena adanya malnutrisi dan infeksi kronik. Stunting enggak tiba-tiba, ada penyebabnya,” pungkasnya. (Lingkar Network – Lingkarjateng.id)

Exit mobile version