GROBOGAN, Lingkarjateng.id – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Grobogan memprediksi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ngembak yang berada di Kecamatan Purwodadi akan overload pada tahun 2026 mendatang.
Kepala DLH Grobogan, Mokamat, melalui Kabid Pengelolaan Sampah dan Limbah B3, Lilik Uniarto, mengatakan bahwa volume sampah di TPA Ngembak saat ini terus bertambah.
Menurutnya, jika dibiarkan terus dan tidak dilakukan pemrosesan, hal itu akan menyebabkan TPA Ngembak overload pada tahun depan.
Pasalnya, volume sampah yang masuk ke TPA Ngembak di atas 65 ton sampai 82 ton per hari.
“Tidak sampai semester 1 2026, DLH akan menutup TPA untuk tidak menerima sampah jika terjadi overload,” katanya pada Senin, 21 April 2025.
Menurut Lilik, jika TPA Ngembak overload, maka Kabupaten Grobogan akan terancam darurat sampah.
“Itu yang tidak diinginkan Pemkab Grobogan. Adanya darurat sampah,” jelasnya.
Untuk mencegah hal itu, pihaknya mengupayakan sejumlah cara agar sebisa mungkin pengelolaan sampah dapat dilakukan di sumbernya masing-masing.
Ia menjelaskan, sejak 2024, DLH telah melakukan perencanaan insentifikasi pelayanan atau penanganan sampah se-Kabupaten Grobogan. Salah satunya yaitu dengan mendirikan Pusat Daur Ulang (PDU) di TPA pada 2025 ini.
Keberadaan PDU itu bertujuan untuk menangani sampah yang masuk, sekaligus mendukung upaya landfill mining (penambangan) sampah pada zona tidak aktif di TPA.
Upaya pengerukan material timbunan itu diharapkan dapat mengurangi penumpukan sampah yang ada di TPA Nembak.
“Landfill mining untuk mengatasi permasalahan over kapasitas sampah,” katanya.
Ia menjelaskan, bahan material yang didapat dari proses landfill mining itu nantinya akan diolah dengan model pengayakan dan lainnya untuk memisahkan material plastik, non plastik, dan kompos.
Selanjutnya, masing-masing material sampah akan diolah seperti menjadi alat mesin pertanian, kompos, bijih plastik, dan bahan bakar alternatif refuse derived fuel (RDF).
“Ada dua pengolahan yang akan dilakukan yakni pengepresan dan pengkonversian sampah plastik yang tidak bernilai ekonomis menjadi bahan bakar minyak (BBM) dengan metode pirolisis,” jelasnya.
Adapun bahan organik atau kompos dapat digunakan untuk pupuk tanaman maupun pangan dalam budi daya maggot. (Lingkar Network | Ahmad Abror – Lingkarjateng.id)