BLORA, Lingkarjateng.id – Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Blora, Bondan Arsiyanti, mengungkapkan bahwa pemanfaatan limbah berpotensi menjadi sumber perekonomian jika dikelola menjadi green industry.
Danik, sapaan Kepala DPMPTSP Blora, mengatakan bahwa Blora memiliki potensi industri untuk pemanfaatan limbah pertanian dan sampah yang ada di tempat pembuangan akhir (TPA). Pengembangan dua sektor tersebut diyakini memiliki nilai ekononi dan investasi.
Dia mencontohkan limbah pertanian padi dan jagung yang dapat dikembangkan menjadi bisnis Bio-CNG (Compressed Natural Gas).
“Luasan lahan jagung di Kabupaten Blora mencapai 73 ribu hektare, sementara lahan padi 47 ribu hektar,” kata dia.
Kemudian potensi pengelolaan limbah sampah di TPA juga bisa dimaksimalkan untuk industri hijau, sebab TPA di wilayah perkotaan dapat menyerap sampah hingga 30 ton setiap hari.
“Dalam satu tahun, sampah di TPA wilayah kota sendiri mencapai 10,6 ribu ton sampah,” sambungnya.
Jika kedua sektor itu dioptimalkan pengelolaannya, pihaknya yakin dapat menciptakan dampak positif bagi lingkungan sekaligus menjadi nilai ekonomi baru.
“Saat ini ada satu perusahan yang sudah taken MoU dengan Pemkab Blora (terkait potensi limbah),” ungkap dia.
Perusahaan tersebut adalah PT Maharaksa Biru Energi Tbk yang berniat mengembangkan sayap bisnis melalui pabrik biomassa. Pabrik tersebut, kata Danik, melihat banyak potensi sumber daya alam non-migas di Blora.
“Pabrik tersebut masih fokus pada bio energy yang berupa wood chip. Nantinya hasil produksinya akan dipasok sebagai bahan co-firing untuk PLTU Rembang,” terang dia.
Sedangkan jangka panjangnya, kata Danik, perusahaan tersebut berminat mengembangkan Bio-CGN yang di hasilkan dari limbah pertanian.
“Potensi limbah pertanian dan limbah dari masyarakat ini dapat menjadi potensi besar untuk investasi hijau yang ada di Kabupaten Blora,” tambah dia. (Lingkar Network | Eko Wicaksono – Lingkarjateng.id)