PATI, Lingkarjateng.id – Dinas Ketahanan Pangan (Distapang) Kabupaten Pati hanya mendapatkan 25 ton alokasi cadangan gabah tahun ini. Kepala Distapang Tri Haryama menyebutkan jumlah tersebut lebih sedikit dari alokasi tahun 2021, yakni 60 ton.
“Di peraturan Bupati minimal 100 ton tergantung dari kemampuan daerah. Karena pandemi, kemampuan kabupaten hanya 25 ton, kan tidak harus 100,” ujar Tri.
Tri Haryama menjelaskan bahwa kemungkinan penurunan alokasi cadangan gabah karena ada refocusing atau realokasi anggaran dan kondisi pandemi Covid-19.
“Kalau tahun kemarin 60 ton. Anggarannya terpangkas refocusing. Untuk cadangan, sekitar 250 juta, belinya pada saat musim panen. Artinya untuk mengendalikan harga biar stabil. Dibeli langsung dari petani,” bebernya.
Ia menyebutkan, stok gabah di simpan di 8 lumbung yang tersebar di seluruh Kabupaten Pati. Pencadangan stok gabah penting sebagai langkah antisipasi apabila kekurangan bahan pangan, baik karena bencana alam maupun untuk menjaga kestabilan harga gabah di pasaran.
Distapang memilih cadangan stok pangan berupa gabah lantaran masa simpannya lebih tahan lama dibandingkan dengan beras. Meski demikian, penyaluran bahan pangan tetap dalam bentuk beras.
“Pengadaan (berupa) gabah. Jagani (jaga-jaga) kalau sewaktu-waktu ada musibah. Mungkin bisa paceklik atau musibah lainnya. Tidak hanya musibah bencana saja. Misal saja nelayan merugi terus, itu juga bisa disalurkan. Diproses dulu baru setelah jadi, beras disalurkan. Simpannya berupa gabah,” tutupnya. (Lingkar Network | Arif Febriyanto – Lingkarjateng.id)