BLORA, Lingkarjateng.id – Eko Pratomo (42, petani, asal Kelurahan Randublatung, Kecamatan Randublatung, Blora, berinovasi dengan merakit alat hujan buatan. Hasilnya, ia bisa menanam bawang merah di musim kemarau.
Dengan luas lahan persawahan 2.500 meter persegi, ia menyulap lahan tandus menjadi lahan yang bisa ditanami bawang merah.
Eko mengatakan, memilih menanam bawang merah karena tanaman padi yang sebelumnya ditanam mati akibat tidak ada air hujan. Sehingga ia mencoba menerapkan ilmu yang ia pelajari secara otodidak.
“Dengan bekal dan peralatan yang sederhana, saya mampu melakukan pengairan tanaman bawang saya sehari dua kali,” ujarnya, Rabu (5/6).
Petani yang juga seorang anggota TNI ini menjelaskan, ia merakit sendiri alat untuk menciptakan hujan buatan tersebut.
Namun, alat ini pun punya kelemahan yakni untuk biaya lumayan mahal karena harga paralon mahal.
“Tetapi kalau bawang merah saya jadi, modal akan kembali berlipat,” katanya optimis.
Eko menambahkan, hujan ini akan berlangsung sesuai selera. Air akan naik ke paralon, kemudian menyemprotkan air ke atas lalu jatuh ke tanaman.
“Hemat waktu dan lebih mudah untuk kontrol kelembaban tanahnya,” bebernya.
Ia menanam bawang merah jenis Thailand Nganjuk dengan masa tanam sekira 60 hari panen. Dengan estimasi 2,5 kwintal bibit akan menghasilkan panen sebanyak 2 ton.
“Semoga saja hasilnya berlimpah, agar hujan buatan yang saya ciptakan ini bisa ditiru yang lain. Petani bisa berkembang dan tidak hanya mengandalkan air hujan, air sumur pun jadi,” pungkas Eko. (Lingkar Network | Hanafi– Lingkarjateng.id)