KUDUS, Lingkarjateng.id – Tradisi Rebo Wekasan dengan kirab air salamun dari masjid Wali Al-Ma’mur kembali diselenggarakan warga Desa Jepang, Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus pada Rabu, 14 September 2022. Peringatan Rebo Wekasan juga sekaligus menjadi ritual doa warga setempat agar dijauhkan dari musibah.
Animo masyarakat begitu tinggi menyambut kegiatan yang diselenggarakan selama sembilan hari berturut-turut ini. Ribuan warga juga kompak, guyub rukun memeriahkan rangkaian kegiatan dari panggung budaya hingga bazar Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), dan lain sebagainya.
Acara Rebo Wekasan merupakan tradisi unik masyarakat setempat yang digelar setiap hari Rabu terakhir di bulan Safar. Peringatan Rebo Wekasan sudah dilakukan warga Desa Jepang sejak sekitar tahun 1900-an. Rangkaian kegiatang yang diselenggarakan dalam memperingati hari tersebut bertujuan untuk memanjatkan doa kepada Allah supaya dilindungi dari bala dan musibah.
Di festival Rebo Wekasan juga dilangsungkan kirab sepuluh gunungan hasil bumi berupa buah dan sayuran. Uniknya, setiap gunungan tetap membawa air Salamun dari sumur masjid Wali Al-Ma’mur.
Ketua Panitia Penyelenggara, Nur Aziz menjelaskan bahwa kegiatan Rebo Wekasan dan kirab Air Salamun baru mulai dijadikan sebagai tradisi budaya desa sejak tahun 2009, ketika Desa Jepang mendapat predikat sebagai desa wisata oleh Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Kudus.
“Memang sejak dulu kita sudah merawat tradisi ini, tujuannya bersedekah sambil berdoa memohon dijauhkan dari bala. Selain itu, people power masyarakat di sini sangat terasa karena tidak melibatkan unsur pemerintahan,” ujarnya.
Lantaran sempat vakum karena pandemi Covid-19, peringatan Rebo Wekasan tahun ini digelar lebih meriah daripada tahun-tahun sebelumnya. Ada 170 stand UMKM yang menjajakan aneka kuliner dan bubur Rebo Wekasan sebagai makanan wajib yang harus ada.
Selain itu, panggung budaya dan pentas seni seperti rebana, fashion show, pertunjukan musik, teatrikal, pembacaan puisi, serta penampilan lagu anak-anak menjadi magnet yang menyedot perhatian masyarakat.
Pihaknya berharap, kegiatan Rebo Wekasan ini tetap dilestarikan supaya masyarakat dan generasi sekarang tetap mengingat perjuangan para tokoh pendahulu.
“Harapannya, pengurus tetap kompak melestarikan tradisi ini supaya masyarakat tidak melupakan sejarah,” pungkasnya. (Lingkar Network | Hasyim Asnawi – Koran Lingkar)