Perang Obor Jadi Bagian Prosesi Sedekah Bumi di Jepara

Perang-Obor-Jadi-Bagian-Prosesi-Sedekah-Bumi-di-Jepara

MERIAH: Masyarakat saat saling serang dalam tradisi Perang Obor di Desa Tegalsambi, Kecamatan Tahunan, Jepara. (Muslichul Basid/Lingkarjateng.id)

JEPARA, Lingkarjateng.idWarga Desa Tegalsambi, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara memiliki tradisi unik yang diyakini sebagai tolak bala. Tradisi tersebut dikenal dengan nama Perang Obor. Tradisi yang rutin digelar setiap Senin Pahing malam Selasa Pon di Bulan Dzulhijjah atau Bulan Besar (dalam penanggalan Jawa), bersamaan dengan acara sedekah bumi. 

“Perang Obor telah mendapatkan Hak Paten yaitu Sertifikat Nasional dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada Bulan Desember Tahun 2020, oleh Menteri Nadiem Anwar Makarim sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia,” ujar Kepala Desa Tegalsambi, Agus Santoso, Senin (21/6). 

Agus menjelaskan, dimulainya tradisi budaya pesta Perang Obor, ditandai dengan pelepah kelapa dan daun pisang kering yang disulut di perempatan desa oleh tokoh adat. Penyulutan api juga dilakukan oleh tamu undangan yang berada di panggung kehormatan tak jauh dari nyala obor pertama di perempatan. 

Tradisi Jembul Tulakan di Jepara Kembali Digelar Meriah

Tanpa memilih lawan, para peserta langsung saling memukul obor yang telah menyala. Penonton yang berada dekat dengan peserta, seketika menyingkir menghindari percikan api, sorak sorai penonton memberi semangat para peserta pun ramai terdengar.

“Bagi warga Tegalsambi, Perang Obor merupakan tradisi turun temurun yang menjadi bagian dari ritual sedekah bumi,” jelas Agus. 

Dirinya juga menceritakan bahwa, asal mula Perang Obor berawal dari legenda Ki Gemblong yang dipercaya oleh Kyai Babadan, untuk merawat dan menggembalakan ternaknya. Namun karena terlena dengan ikan dan udang di sungai, ternak tersebut terlupakan sehingga sakit atau mati. 

Kyai Babadan yang tidak terima dengan kelalaian Ki Gemblong, memukul Ki Gemblong dengan obor dari pelapah kelapa. Akibatnya dia menggunakan obor serupa untuk membela diri. Tanpa diduga, benturan kedua obor menyebarkan api pada tumpukan jerami di sebelah kandang, dan ternak yang awalnya sakit tiba-tiba menjadi sembuh.

Ramaikan Tradisi Lomban Jepara, Warga Diimbau Taat Prokes

“Kepercayaan terhadap api obor yang mampu mendatangkan kesehatan dan menolak bala inilah yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan upacara Perang Obor,” ungkap Agus.

Dalam pagelaran tradisi Perang Obor, terdapat makanan khas yang selalu jadi buruan oleh warga yakni kintelan. Meski penjualnya cukup banyak, tetapi antrian dan kerumunan besar sulit dihindari karena hanya dijumpai saat festival Perang Obor digelar. 

Sampai saat ini, tradisi Perang Obor masih terjaga kesakralannya. Menurut Agus, tradisi tersebut merupakan bagian dari upaya pelestarian budaya dan kearifan lokal Jepara. Meski berbahaya, minat warga untuk mengikuti tradisi Perang Obor yang digelar rutin setiap tahun tak pernah surut. 

Lestarikan Kesenian Tradisional, Disparbud Jepara Luncurkan Gamelan Selaras

Padahal tak jarang para peserta maupun penonton menderita luka bakar karena terkena percikan api. Untuk mengantisipasi hal itu, aparat desa menyediakan ramuan yang terbuat dari minyak kelapa, beragam daun, dan bunga.

“Hal ini menunjukkan sikap pemberani dan sportif serta tidak ada niat untuk mencederai atau melukai antar pemain Perang Obor,” jelasnya.

Agus berharap, dengan kembali digelarnya tradisi Perang Obor dapat menumbuhkan kembali ekonomi, khususnya bagi warga Tegalsambi setelah 2 tahun terpuruk akibat pandemi. Salah satunya dengan mengajak Pemerintah Kabupaten Jepara untuk mempromosikan batik motif Perang Obor dan berkolaborasi menciptakan koreografi tari untuk Perang Obor di kemudian hari. (Lingkar Network | Muslichul Basid – Koran Lingkar)

Exit mobile version