PATI, Lingkarjateng.id – Dipindahkannya Pedagang Kaki Lima (PKL) dari Alun-Alun Simpang Lima Pati ke Alun-Alun Kembangjoyo membuat omzet atau pendapatan PKL menurun drastis. Alih-alih menata Kota Pati agar lebih indah, puluhan PKL harus menjadi korban.
Terlihat pada Minggu pagi, 31 Desember 2023 adanya event Car Free Day (CFD) disambut suka cita oleh para PKL yang bisa kembali berjualan di Alun-Alun Simpang Lima. Mereka mengaku lebih nyaman dan senang jika Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pati mengizinkan kembali berdagang di pelataran alun-alun.
Seperti yang disampaikan oleh salah seorang pedagang bernama Kholifah. Bersama sang suami yang sama-sama berprofesi jualan sate, dirinya mengaku mengalami penurunan omzet pasca dipindahkan ke Alun-Alun Kembangjoyo.
Kondisi ini jelas berdampak pada ekonomi keluarga yang semakin terdesak oleh kebutuhan. Bahkan, Khofifah mengaku sering tidak mendapat penghasilan semenjak tak lagi diperbolehkan berjualan di Alun-Alun Simpang Lima.
“Enaknya kalau di alun-alun bisa buat bayar utang, bisa untuk kebutuhan sehari-hari dan menafkahi keluarga, termasuk menyekolahkan anak sampai perguruan tinggi. Semenjak di gusur ditambah covid, kami di Alun-Alun Kembangjoyo ya sepi. Kalau jualan malam minggu kadang dapet (penghasilan) kadang enggak,” keluhnya.
Hal senada juga disampaikan suami Khofifah, Ahmad Slamet. Mewakili para PKL yang lain, dirinya berharap Pemkab Pati agar lebih bijak dalam membuat keputusan. Jikapun tidak boleh berjualan di atas alun-alun, menurutnya Pemkab Pati bisa mencontoh Kabupaten Kudus yang memperbolehkan pelataran alun-alun Simpang Lima digunakan oleh para PKL untuk mencari nafkah.
“Tentunya berharap kami kembali ke Alun-Alun Simpang Lima. Kalau tidak bisa (jualan) di atas, di emperan juga ga papa, seperti di Kudus. Kalau bisa ya di simpang lima. Kadang-kadang juga di usir satpol PP. Tapi mau gimana lagi sudah ada undang-undangnya. Pemerintah mohon lah dengarkan rakyat kecil,” sambungnya.
Sementara itu, Ketua Ormas Mantra Cahya Basuki siap untuk membantu keluh kesah dari para PKL. Sebagai wadah menampung keluhan masyarakat kecil, Yayak Gundul, sapaan akrabnya, siap untuk menyuarakan apa yang dirasakan oleh PKL ke Pemkab Pati.
Berbekal suara dari masyarakat, Pemkab diminta bisa lebih bijak lagi dalam menyusun peraturan supaya tidak berat sebelah.
“Semoga kita bisa sampaikan aspirasinya. Karena ternyata Alun-Alun Simpang Lima Pati adalah wisata kulinernya warga Pati, dan harus dikembalikan. Kita sampaikan keluh kesah mereka ke Pemkab. Kita kangen suasana seperti ini (ramai),” tutup Yayak Gundul. (Lingkar Network | Arif Febriyanto – Lingkarjateng.id)