DEMAK, Lingkarjateng.id – Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyebutkan, progres pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak Seksi 2 Sayung-Demak telah mencapai 80,63 persen. Ditargetkan konstruksi tersebut selesai pada akhir tahun 2022.
Kehadiran Jalan Tol Semarang-Demak diharapkan semakin melengkapi konektivitas jaringan jalan tol dan arteri utama sisi utara Jawa dan ditambah dengan fasilitas Tanggul Laut Kota Semarang, maka akan semakin mendukung pusat ekonomi baru di Jawa Tengah.
Jalan tol ini juga difungsikan sebagai penahan rob dan mengatasi banjir yang selama ini menjadi permasalahan di Kota Semarang. Jalan tol sepanjang 27 kilometer ini memiliki dua seksi yakni Semarang/Kaligawe-Sayung sepanjang 10,69 kilometer yang merupakan porsi pemerintah dengan target selesai konstruksi pada 2024.
“Sementara, Seksi 2 ruas Sayung-Demak sepanjang 16,31 km merupakan porsi Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) PT Pembangunan Perumahan Semarang Demak,” sebut keterangan resmi BPJT, Senin (16/5).
Jalan Tol Semarang-Demak dilengkapi dua simpang susun (SS), yakni Sayung dan Demak. Konstruksi jalan juga menggunakan produk dalam negeri berupa beton precast PT WIKA Beton. Pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak terintegrasi tanggul laut dengan struktur timbunan di atas laut juga diperkuat matras bambu setebal 17 lapis.
Selain sistem matras bambu, penguatan kondisi tanah dilakukan juga dengan cara pemasangan material pengalir vertikal prafabrikasi atau PVD serta melaksanakan pembebanan menggunakan material pasir laut yang diambil menggunakan alat trailing suction hopping dredger (TSHD).
Dalam upaya meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dari pembangunan tol, Kementerian PUPR bekerja sama pemerintah daerah menyiapkan program relokasi lahan mangrove di sekitar pembangunan ruas Semarang-Sayung. Terdapat tiga lokasi mangrove yang direlokasi dengan total luas 46 hektar.
Upaya pelestarian kawasan mangrove tersebut bertujuan untuk mempertahankan fungsinya sebagai habitat flora dan fauna di pesisir Pantai Utara Jawa, serta melindungi daerah garis pantai, termasuk mengurangi risiko abrasi.
Selain sebagai paru-paru segar di wilayah sekitar, sistem akar pohon bakau yang kokoh juga semakin membantu membentuk penghalang alami terhadap gelombang badai dan banjir. Sedimen sungai dan darat terperangkap oleh akar, yang melindungi daerah garis pantai dan memperlambat erosi. (Lingkar Network | Koran Lingkar)