JEPARA, Lingkarjateng.id – Kabupaten Jepara meraih penghargaan kabupaten/kota bebas frambusia. Apresiasi tersebut diserahkan dalam acara puncak peringatan Hari Malaria Sedunia tahun 2022 bertema “Ciptakan Inovasi Capai Eliminasi, Wujudkan Indonesia Bebas Malaria” Selasa (31/5) di Sirkuit Mandalika, Kuta, Lombok Tengah, NTB.
“Alhamdulilah, kami mendapatkan penghargaan Kabupaten bebas frambusia. Kami pun telah menandatangani pakta komitmen Bupati untuk memberantas frambusia,” ucap Pj Bupati Jepara, Edy Supriyanta di Pendopo Kabupaten Jepara saat bertemu dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Penghargaan tersebut diterima oleh Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara, dr. Eko Cahyo Puspeno. Sertifikat penghargaan dari Kementerian Kesehatan itu diserahkan langsung oleh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu didampingi Wakil Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalilah.
Tak mengherankan, penghargaan ini merupakan salah satu wujud apresiasi atas kerja keras Kabupaten Jepara, khususnya Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara yang berhasil mempertahankan Jepara tanpa kasus frambusia selama tiga tahun berturut-turut sejak 2019.
Menurut data dari Kemenkes, ada 47 kabupaten/kota yang telah memenuhi persyaratan bebas frambusia. Jepara menjadi salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang menerima penghargaan bergengsi tersebut. Selain Kabupaten Jepara, kabupaten/kota di Jawa Tengah yang ikut menerima penghargaan adalah Kabupaten Kudus, Kabupaten Rembang, Kota Pekalongan, Kota Tegal, dan Kabupaten Purbalingga.
“Kami berkomitmen untuk mengoptimalkan upaya pencegahan, surveilans secara terstruktur bersama stakeholder terkait, dan tertib pelaporan agar Kabupaten Jepara senantiasa terbebas dari penyakit frambusia,” tegas dr. Eko
Dokumen Peserta Vaksinasi Tercecer, Bupati Jepara Evaluasi Kinerja DKK
Frambusia merupakan penyakit tropis atau yang dalam beberapa bahasa daerah disebut patek, puru, buba, pian, parangi, dan ambalo. Penyakit tersebut adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Treponema Pertenue yang hidup di daerah tropis.
Bakteri frambusia berbentuk spiral dan hanya dapat dilihat dengan mikroskop lapangan gelap menggunakan metode fluoresensi. Penularannya melalui lalat atau melalui kontak langsung dari cairan luka penderita ke orang yang mempunyai kulit yang luka atau tidak utuh setelah kurun waktu 20 jam. Selain itu, pola hidup bersih dan sehat juga turut mampu menekan faktor penularan frambusia. (Lingkar Network | Lingkarjateng.id)