REMBANG, Lingkarjateng.id – Produksi gas di Randugunting 2 (RGT 2), Desa Krikilan, Kecamatan Sumber, Kabupaten Rembang selama setahun ini mengalami kemacetan. Imbasnya, sejumlah karyawan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Rembang Migas Energi (RME) dirumahkan.
Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur BUMD PT. RME, Mardi, mengaku terpaksa merumahkan 5 dari 7 karyawannya. Hal itu dilakukan sebagai bentuk efisiensi di perusahaan BUMD PT. RME.
“Saat ini tinggal dua yang disisakan. Sifatnya mereka menangani administrasi dan lain-lain. Kebijakan ini dikeluarkan untuk mengurangi beban atau efisiensi,” ujarnya.
Mardi menerangkan, hingga saat ini kondisi gas di Desa Krikilan belum memiliki kepastian. Sehingga semua aktivitas produksinya terpaksa dihentikan terhitung sejak Juni 2022 lalu.
Meskipun merumahkan karyawannya, Mardi menegaskan BUMD PT. RME Rembang tidak ditutup atau dibubarkan. Komunikasi Pertamina dengan PT. Sumber Energi (SE) selaku buyer serta anak perusahaan Bahtera Andalan Gas (BAG) hingga kini juga masih terus terjalin.
“Jelas off total. Plant Jatihadi off. Tidak ada gas mengalir. Tapi masih disisakan juga petugas tertentu yang ditugaskan di plant PT BAG di Jatihadi. Maupun sumur gas oleh Pertamina melalui PHE Randugunting. Karena dua hal berbeda dalam segi pengelolaan,” terangnya.
Dirinya menambahkan, upaya untuk mempertahankan BUMD PT. RME tetap dilakukan sembari menunggu keputusan PHE Randugunting. Pihak Pertamina juga telah berkomitmen untuk memperbaiki kendala macetnya produksi gas di Randugunting II.
“Karena dalam program Pertamina yang pernah disampaikan punya atau memiliki program tahun 2025 akan melakukan pengeboran di Randugunting III. Namun kondisi saat ini dengan kondisi Randugunting II, Pertamina mengambil langkah apa kurang begitu jelas. Namun punya kepentingan Randugunting II tetap akan diperbaiki,” tandasnya. (Lingkar Network | R. Teguh Wibowo – Koran Lingkar)