Gunungan Sedekah Bumi Grobogan Diperebutkan Warga, Begini Keseruannya

BEREBUT GUNUNGAN: Warga Desa Pranten saat berebut gunungan di acara sedekah bumi, Selasa (14/06). (Muhamad Ansori/Lingkarjateng.id)

BEREBUT GUNUNGAN: Warga Desa Pranten saat berebut gunungan di acara sedekah bumi, Selasa (14/06). (Muhamad Ansori/Lingkarjateng.id)

GROBOGAN, Lingkarjateng.id – Ratusan warga di Desa Pranten, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan terlibat saling dorong untuk berebut gunungan yang berisi hasil bumi di halaman rumah kepala desa setempat, Selasa (14/06). Acara ini dilakukan setiap tahun untuk memeriahkan acara sedekah bumi. Sementara, terdapat lima gunungan yang disediakan oleh penyelenggara.

Tak hanya orang dewasa, bahkan anak-anak pun turut memperebutkan gunungan tersebut dan terlibat saling dorong. Mereka tak sabar menunggu prosesi acara sedekah bumi selesai dan langsung berebut gunungan, meski petugas mengimbau warga untuk menunggu gunungan tersebut selesai didoakan. Dalam sekejap, lima gunungan tersebut ludes diserbu warga. Tak hanya gunungan, minuman dawet yang menjadi pelengkap ritual sedekah bumi ini pun ludes diserbu warga.

Sebelumnya, ritual sedekah bumi diawali dengan kepala desa bersama perangkat desanya, berdoa di makam leluhur cikal bakal Desa Pranten. Setelah selesai berdoa di makam leluhur tersebut, lima gunungan dinaikkan mobil dan diarak mengelilingi desa dan berakhir di halaman rumah kepala desa.

Wamenkumham RI Tinjau Lapas Grobogan, Kondisinya Overload

Muhammad Sutopo, Kepala Desa Pranten mengatakan, sudah tiga tahun acara ritual sedekah bumi dilakukan sederhana karena pandemi. Namun, sejak pemerintah memberikan kelonggaran, baru tahun ini ritual sedekah bumi diadakan kembali dengan membuat gunungan.

“Ini acara sedekah bumi yang tiap tahun kita laksanakan. Namun, sudah tiga tahun berhenti karena pandemi, dan ini kita laksanakan lagi setelah pemerintah memberi kelonggaran dengan membuat gunungan hasil bumi warga,” ujarnya.

Dijelaskan. gunungan tersebut dibuat dari hasil bumi warga yang dibawa ke rumah kepala desa. Hasil bumi tersebut kemudian dirangkai dan dibentuk lima buah gunungan dan akan dikembalikan lagi ke warga dengan cara diperebutkan.

“Lima gunungan menggambarkan lima sila dari pancasila dan merupakan lima rukun islam,” jelasnya. (Lingkar Network | Muhamad Ansori – Koran Lingkar)

Exit mobile version