PATI, Lingkarjateng.id – Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan menggelar lomba photo story atau cerita foto di kalangan jurnalis dan pencinta fotografi. Hal tersebut disampaikan pihak BPJS Kesehatan melalui workshop photo story BPJS kesehatan bertema “Membangun Cerita di Balik Jepretan Kamera”.
Sekitar 300 awak media di Indonesia, termasuk di wilayah Kantor Cabang BPJS Kesehatan Pati mengikuti acara ini secara virtual.
Direktur SDM Umum BPJS Kesehatan, Andi Afdal, mengatakan bahwa, kegiatan itu sebagai upaya menyukseskan program BPJS Kesehatan. Menurutnya, peran media sangat menunjang dalam mensosialisasikan program BPJS Kesehatan.
BPJS Jadi Syarat Urus SIM, SKCK, dan STNK, DPRD Pati: Kurang Tepat
“Gambar bisa menceritakan banyak hal, karena itu kita ingin bikin antara BPJS Kesehatan dan teman-teman pewarta lebih dekat. Kami juga punya kehumasan yang mungkin bisa banyak belajar sehingga bisa membuat pemberitaan yang baik. Kemudian harapannya, pewarta bisa membuat photo story lebih baik lagi baik untuk BPJS Kesehatan maupun di luar,” kata Direktur SDM Umum BPJS Kesehatan, Andi Afdal dalam meeting zoom itu.
Sementara itu, Sekretaris Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, Arif Syarifudin, menjelaskan, seiring perkembangan, teknologi narasi dalam jurnalisme tidak hanya disampaikan dalam media teks saja. Akan tetap banyak media yang dapat menyalurkan jurnalisme baik melalui foto dan video.
“Kegiatan photo story ini diikuti kurang lebih 300 partisipan dan kami harapkan ini terus bertambah lebih dari 400 partisipan, yang di mana kami telah mengundang para jurnalis, duta BPJS Kesehatan dan seluruh staf bidang komunikasi publik di tiap Kantor Cabang BPJS kesehatan,” tuturnya.
DPRD Pati Setuju BPJS Dijadikan Syarat Pembuatan SIM dan STNK
Sementara, narasumber Workshop Photo Story, senior visual storytelling photographer, Beawiharta, memberikan dan membawakan materi tentang photo story itu mudah.
“Zaman berubah, cara berkomunikasi juga berubah. Sekarang masyarakat sudah jarang baca, tapi lebih larinya ke visual. Bahkan anak kecil pun sudah dikasih gadget oleh orang tuanya. Di sinilah photo story ini berbicara. Photo story ini harus punya emosi, emosi itu harus kita yang cari. Harus dapat dari mana? Dapat dari ceritanya, rasakan betul foto itu memiliki cerita tidak sembarang foto, tapi yang ada cerita, ada emosionalnya,” terang Beawiharta.
Ia menambahkan, itu cara jurnalis mengikuti perkembangan teknologi melalui photo story.
“Buatlah struktur yang bagus, buatlah cerita yang sederhana, jangan berbelit-belit. Struktur yang jelas itu bisa memakai timeline. Misalnya sebelum memakai BPJS Kesehatan dia seperti ini, setelah menggunakan BPJS jadi seperti ini. Setiap cerita yang bagus harus punya masalah yang bisa dipecahkan di sana,” jelasnya. (Lingkar Network | Koran Lingkar)