REMBANG, Lingkarjateng.id – SD Negeri di Rembang yang mengalami kerusakan dan tak kunjung menerima bantuan ternyata bukan hanya di SD Negeri 2 Dresi Kulon, Kecamatan Kaliori. Namun SD Negeri 2 Pulo, Kecamatan Rembang pun memiliki nasib yang sama.
Pasalnya, atap di beberapa ruang SD Negeri 2 Pulo ambruk karena kayu penyangga atap lapuk dimakan rayap. Terdapat 4 ruangan yang atapnya ambruk yaitu ruang guru, ruang Kepala Sekolah, UKS, dan ruang komputer, sehingga pihak sekolah terpaksa mengosongkan ruang tersebut.
Diketahui, ternyata sudah lebih dari setahun Kepala Sekolah dan para guru berkantor di ruang perpustakaan yang sebenarnya, kondisi ruangan tersebut juga cukup memprihatinkan. Sekilas konstruksi bangunan ruang perpustakaan miring dan terpaksa pada bagian teras diberi dua pohon jati sebagai penyangga.
Rawan Roboh, SD di Rembang Tak Kunjung Terima Bantuan Pemerintah
Kepala Sekolah SD Negeri 2 Pulo, Slamet menyatakan bahwa pihaknya sudah melaporkan kondisi rusaknya bangunan SD Negeri 2 Pulo kepada Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dindikpora) Kabupaten Rembang.
Sejauh ini, sudah dua kali dilakukan pengukuran di sekolahnya, namun hingga pertengahan tahun 2022, pembangunan tak kunjung dilakukan. Berdasarkan informasi yang diterimanya dari dinas terkait, kerusakan bangunan SD Negeri 2 Pulo masuk dalam kategori rusak berat dan membutuhkan anggaran yang cukup besar, sehingga perbaikan sekolah tersebut diusulkan ke Pemerintah Pusat.
“Untuk pengukuran sudah dilakukan 2 kali, kemudian setelah saya konfirmasi ke dinas terkait itu ditangani oleh Kementerian PUPR. Alasannya kerusakannya terlalu berat, mungkin anggarannya terlalu besar,” kata Slamet.
Ia pun menerima dan melaksanakan pembelajaran di tengah kondisi yang terbatas serta membahayakan keselamatan warga sekolah. Terlebih pada saat turun hujan, ia mengkhawatirkan adanya atap yang roboh lagi.
“Semuanya merasa was-was, jelas itu. Karena merasa khawatir kalau sewaktu-waktu terutama pada saat hujan di kantor gentingnya jatuh atau temboknya tambah retak. Ini kan mengkhawatirkan,” bebernya.
Ia berharap, bantuan dari Pemerintah Pusat melalui bisa segera turun. Terlebih, saat ini sudah diterapkan pembelajaran tatap muka 100 persen. (Lingkar Network | R. Teguh Wibowo – Koran Lingkar)