Anggaran Minim, Pemkab Belum Perbaiki Jalan Rusak di Demak

Anggaran-Minim,-Pemkab-Belum-Perbaiki-Jalan-Rusak-di-Demak

BERLUBANG: Jalan Karanganyar–Merak, salah satu ruas jalan rusak di Demak. (Tammalia Amini-Lingkarjateng.id)

DEMAK, Lingkarjateng.id Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (Dinputaru) Kabupaten Demak menanggapi banyaknya laporan masyarakat terkait ruas-ruas jalan rusak di Demak. Salah satunya ruas jalan Karanganyar-Merak.

Sebelumnya diketahui, banyak warga yang mengeluhkan mengenai kondisi jalan yang rusak parah di sepanjang wilayah Jalan Karanganyar–Dempet. Kerusakan tersebut bahkan hampir menyeluruh di sepanjang jalan. Kondisi inilah yang membuat masyarakat cemas ditambah penerangan yang minim ketika malam hari. Warga menilai kondisi jalan tersebut cukup parah dan membahayakan bagi warga yang melintas.

Menanggapi hal tersebut, Abdul Syukur selaku Sub koordinator Pengendalian dan pengawasan jalan Bidang Bina Marga, Dinputaru Kabupaten Demak, membenarkan hal tersebut. Ia mengungkapkan, keluhan sudah diterima oleh pihaknya sejak tahun kemarin.

Rawan Kecelakaan, Warga Tunggu Perbaikan Jalan Rusak di Demak

“Memang sudah sejak lama ada banyak sekali keluhan. Bahkan sejak tahun-tahun kemarin, karena kerusakan jalan itu kan bisa diprediksi saat kita melakukan perbaikan atau pemeliharaan jalan itu bisa memperkirakan kira-kira jalan ini akan layak digunakan sampai kapan atau berapa tahun rusaknya,” ujarnya saat ditemui di kantor belum lama ini.

Pihaknya mengatakan, perbaikan jalan akan membutuhkan dana yang amat banyak. Untuk perbaikan satu ruas jalan saja, kata dia, bisa mencapai ratusan juta. Apalagi dengan banyaknya ruas jalan rusak yang ada di tiap wilayah Demak.

Sementara dana APBD yang ada tak cukup,  jika digunakan untuk memperbaiki semua jalan. Dengan banyaknya jalan yang rusak namun kesiapan dana yang minim, selama ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Demak memilih untuk melakukan pemeliharaan jalan saja.

“Untuk membangun jalan 1 meter, itu biayanya sampai Rp 10 juta itu jalan yang bahannya beton. Nah, itu tinggal kita akumulasikan berapa total  jalan itu dalam satuan kilometer, butuh ratusan juta, katakanlah Rp 200 juta itu saja bisanya kita hanya melakukan perawatan. Kalau kita bisanya hanya tambal menggunakan aspal,” pungkasnya. (Lingkar Network | Tammalia Amini – Koran Lingkar)

Exit mobile version