Aktivitas Tambang Galian C di Sukolilo Pati Ancam Warga Kena ISPA

BERDEBU: Banyak debu beterbangan setelah truk tambang Galian C melintasi Desa Wegil, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati tepatnya di sepanjang Jalan Sunan Prawoto. (Setyo Nugroho/Lingkarjateng.id)

BERDEBU: Banyak debu beterbangan setelah truk tambang Galian C melintasi Desa Wegil, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati tepatnya di sepanjang Jalan Sunan Prawoto. (Setyo Nugroho/Lingkarjateng.id)

PATI, Lingkarjateng.id – Masyarakat Desa Wegil, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, tepatnya di sepanjang Jalan Sunan Prawoto terancam terkena gangguan infeksi saluran pernapasan (ISPA) akibat banyaknya debu yang ditimbulkan oleh aktivitas truk tambang Galian C.

Hal itu disampaikan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Pati melalui petugas yang membidangi program ISPA, Syamsul Ma’arif. Ia mengungkapkan, debu yang beterbangan di udara berpotensi menimbulkan penyakit ISPA. Menurutnya, salah satu daerah yang warganya berpotensi terkena penyakit ini adalah Desa Wegil, Kecamatan Sukolilo.

“Salah satu yang mendukung munculnya ISPA memang debu. Seperti di Kecamatan Sukolilo kalau ada debu berterbangan sangat memungkinkan saja terjadi,” ujarnya, baru-baru ini.

Warga Keluhkan Sulit Bernapas Imbas Debu Galian C di Kayen Pati

Kendati demikian, ia tidak dapat memastikan jumlah penderita ISPA di Kecamatan Sukolilo, mengingat diagnosis dan penanganan kasus ISPA jarang sekali dilakukan di Puskesmas yang ada di wilayah tersebut.

Menurut Syamsul, data penderita ISPA paling banyak justru ditemukan di Kecamatan Pati. Hal tersebut dikarenakan pusat pelayanan kesehatan yang mendukung untuk melakukan pemeriksaan dan pengobatan berada di Kecamatan Pati.

“Adanya rumah sakit banyak yang berada di Kecamatan Pati. Sehingga jika ada kasus yang terdeteksi tercatat di Wilayah Pati,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Syamsul menyampaikan, berdasarkan data yang ditemukan Dinkes Pati pada semester pertama tahun 2023, sebanyak 11.220 anak berusia lima tahun ke bawah menderita ISPA.

“Sebanyak 1.898 kasus masuk kategori pneumonia, delapan kasus pneumonia berat dan 9314 masuk kategori non pneumonia,” lanjut Syamsul. (Lingkar Network | Setyo Nugroho – Koran Lingkar)

Exit mobile version