REMBANG, Lingkarjateng.id – Hasil surveilans program/sektor menemukan 17 balita menjadi sasaran audit kasus stunting di Kabupaten Rembang.
Menurut dr. Muhammad Fathoni Kurnia, Sp.A, audit kasus stunting merupakan identifikasi penyebab risiko stunting pada kelompok sasaran berbasis pengamatan terhadap data dan informasi yang rutin atau sumber data lainnya.
Ia menyebutkan, dari 17 balita ada 5 penyebab yang membuat balita tersebut mengalami gangguan tumbuh kembang. Kelima sebab itu yakni pemberian makan bayi dan balita yang kurang tepat, deteksi dini tumbuh kembang balita masih kurang optimal, pemahaman ibu balita tentang stunting dan gizi seimbang masih kurang.
“Skrining bayi baru lahir belum rutin dilakukan. Kemudian yang terakhir disebabkan faktor ekonomi, ” ujarnya saat kegiatan diseminasi hasil surveilans lintas program/sektor dalam rangka audit kasus stunting di aula kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Rembang, baru-barua ini.
Berdasarkan dari kondisi di lapangan, ada sembilan rekomendasi yang dihasilkan untuk mencegah kasus stunting baru.
Rekomendasi itu diantaranya perlunya skrining bayi baru lahir meliputi skrining hipotiroid dan pemeriksaan jantung, mencegah kelahiran prematur, deteksi dini gangguan pertumbuhan, perlunya penggunaan alat antropometri.
“Pengoptimalan buku KIA (buku Kesehatan Ibu dan Anak), pelatihan pemantauan pertumbuhan bagi kader, pemenuhan pangan olahan untuk keperluan medis khusus yang berkelanjutan, rujukan ke RSUD, poli anak, poli tumbuh kembang diaktifkan dan penyelenggaraan kelas balita, kelas ibu hamil,” bebernya.
Untuk mendukung penurunan angka stunting di Rembang, RSUD memberikan pelayanan gratis baik yang memiliki jaminan kesehatan dari BPJS kategori mandiri dan PBI serta bagi warga yang yang tidak memiliki kartu jaminan kesehatan.
“Jadi khusus stunting baik yang pakai BPJS maupun tidak, semua bebas biaya. Itu komitmen rumah sakit, tapi harus ada rujukan dari puskesmas,” tuturnya.
Selain audit kepada balita, tim juga melakukan audit kasus pada Calon Pengantin (catin), Ibu Hamil (bumil) dan Ibu Nifas (bufas). Adapun rincianny, audit terhadap tujuh catin ditemukan empat kasus Kekurangan Energi Kronik (KEK) atau berat badan kurang atau terlalu kurus, anemia, obesitas (kelebihan berat badan), pernikahan dini dan perokok pasif masing-masing satu kasus.
Selanjutnya hasil audit pada sepuluh bumil dengan hasil KEK 6, Anemia 2, kehamilan usia tua 2, hipertensi 2, perokok pasif, asma, tiroid dan riwayat kemoterapi masing- masing 1 kasus. 6 kasus pada Ibu Nifas , dengan rincian pendidikan rendah, KEK 1, perokok pasif, terlalu sering dan banyak anak.
Kasus yang dihadapi catin, bumil dan bufas tersebut perlu disikapi dengan perbaikan gizi dan pemenuhan nutrisi. Kemudian juga didukung dengan konsumsi tablet FA asam folat, mengikuti program KB, peningkatan pendidikan, hindari rokok atau jauhi perokok, deteksi risti CATIN (konseling pra nikah), skrining bumil, deteksi risti, nifas. (Lingkar Network | R teguh Wibowo – Koran Lingkar)