JAKARTA, Lingkarjateng.id – Demi menjaga pertumbuhan ekonomi, Bank Indonesia (BI) mengajak masyarakat untuk memperbanyak aktivitas belanja. Manajer Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Farisan Aufar mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester I tahun 2024 berada di angka 5,05 persen.
“Ekonomi Indonesia di semester I baru rilis kemarin, pertumbuhan ekonominya itu tumbuh 5,05 persen. Ini cukup baik sebenarnya, strong, didorong terutama dari konsumsi rumah tangga dan investasi, baik dari pemerintah maupun swasta,” ujarnya melalui siaran Youtube Bank Indonesia bertajuk “Langkah BI Jaga Stabilitas dan Dorong Pertumbuhan Ekonomi”, yang diakses dari Pati, Minggu (6/10/2024).
Ia mengatakan secara mengejutkan kinerja ekspor Indonesia berada di angka yang sangat baik, didorong oleh komunitas-komunitas hilirisasi. Terutama di daerah Indonesia Timur yang mendominasi pertumbuhan ekonomi tanah air.
“Paling tinggi Indonesia Timur jadi sekarang (Indonesia Timur) sudah sangat mendominasi, dan itu menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan kedua kemarin tetap di angka 5,05 persen,” ungkap Farisan.
Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,08 persen. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2024 mencapai 5,05 persen dibandingkan periode yang sama pada 2023.
Namun, terdapat tantangan tersendiri dari global. Ekonomi Indonesia yang resilien dan solid harus terhantam kenaikan harga komoditas dunia akibat geopolitik yang tidak stabil. Hal tersebut juga sangat berpengaruh, kata Farisan, terhadap nilai tukar rupiah.
“Kami jaga, terus melakukan operasi moneter secara berkala untuk memastikan nilai rupiah ini stabil, sehingga tujuan utamanya tercapai, yaitu inflasinya tetap terjaga di angka 2,5 persen,” pungkasnya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati meyakini deflasi yang telah terjadi selama 5 bulan beruntun ini bukan sinyal negatif bagi perekonomian.
Hal itu karena deflasi disebabkan oleh komponen harga bergejolak (volatile food) yang berkaitan dengan komoditas pangan. Dengan deflasi pangan, maka harga bahan makanan di pasar dalam kondisi stabil atau bahkan menurun.
“Deflasi lima bulan terakhir terutama dikontribusikan penurunan harga pangan. Menurut saya, ini suatu perkembangan positif, terutama terhadap daya beli masyarakat,” kata Sri Mulyani di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (4/10/2024).
Ia mengatakan belanja masyarakat, utamanya kelompok menengah bawah, didominasi oleh belanja makanan. Artinya, harga pangan di pasar yang menurun justru bisa membantu masyarakat menjangkau bahan-bahan makanan dengan lebih murah.
BPS mencatat perekonomian Indonesia mengalami deflasi 0,12 persen (month-to-month/mtm) pada September 2024. Tren deflasi ini telah berlangsung sejak Mei 2024, dengan rincian deflasi 0,03 persen pada Mei, 0,08 persen pada Juni, 0,18 persen pada Juli, dan 0,03 persen pada Agustus.
Adapun, inflasi tahunan tercatat sebesar 1,84 persen (year-on-year/yoy) dan inflasi tahun kalender 0,74 persen (year-to-date/ytd). (Lingkar Network / Lingkarjateng.id)