KAB. SEMARANG, Lingkarjateng.id – Setidaknya 21 ton susu sapi perah hasil produksi peternak di Kabupaten Semarang terbuang cuma-cuma per harinya. Hal ini akibat adanya pembatasan serapan atau pembelian produksi susu sapi perah dari peternak dan pengepul di industri pengolahan susu (IPS).
Diketahui, para peternak sapi perah di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, sebelumnya mampu menyuplai 92 ton susu segar ke sejumlah IPS. Namun, setelah adanya pengurangan pembelian dari IPS ke peternak, kini permintaan dari industri hanya tersisa 71 ton susu sapi segar per harinya.
Menindaklanjuti permasalahan yang telah ada sejak bulan lalu itu, Dinas Pertanian, Perikanan, dan Pangan (Dispertanikap) Kabupaten Semarang bersama Forkopimda dan Penjabat Sementara (PJs.) Bupati Semarang menggelar rapat koordinasi (rakor) untuk mencari jalan tengah.
Kepala Dispertanikap Kabupaten Semarang, Moh. Edy Sukarno, mengakui bahwa ada selisih yang sangat besar antara kapasitas produksi susu sapi perah yang ditangani pengepul susu dengan pembelian yang dilakukan IPS.
“Jumlah selisihnya sampai dengan 21 ton susu sapi perah untuk per harinya, hingga menyebabkan aksi protes sebagai bentuk meluapkan kekecewaan peternak dan pengepul ini membagi-bagikan susu sapi itu kepada masyarakat secara gratis di Kecamatan Getasan,” ungkap Edy pada Rabu, 13 November 2024.
Masalah serapan susu kali ini menjadi yang terparah sepanjang produksi yang dilakukan para peternak sapi perah di Kecamatan Getasan.
Padahal, sambungnya, mutu dari susu yang dihasilkan sudah memenuhi standar nasional, yaitu total solid di angka 11,5 persen.
“Padahal angka 11,5 ini sudah memenuhi standar nasional. Namun pihak-pihak IPS ini justru minta susu sapi perah yang ada di grade (tingkatan, red) angka 12 persen lebih,” bebernya.
Di sisi lain, ungkap Edy, meskipun Ditjen Peternakan dan kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) RI mewacanakan kuota pembelian susu oleh para pelaku industri akan kembali normal per hari ini, beberapa upaya tetap dilakukan Pemkab Semarang untuk mengatasi masalah tersebut.
Salah satu upayanya yakni dengan mengupayakan Aparatur Sipil Negara (ASN) agar membeli susu sapi segar dari peternak maupun pengepul. Pihaknya juga akan melakukan pembaharuan bibit sapi perah milik para peternak.
“Dengan pembaharuan bibit sapi perah ini diharapkan mampu meningkatkan produksi dan mutu dari susu sapi perah yang dihasilkan peternak. Karena saat ini rata-rata produksi susu sapi perah ini ada di angka 12 liter per hari, sedangkan sapi perah unggulan itu dapat menghasilkan 20 liter per harinya,” terangnya. (Lingkar Network | Hesty Imaniar – Lingkarjateng.id)