Ratusan Kapal di PPP Tasikagung Rembang Tak Melaut karena Belum Miliki SIPI

BERSANDAR: Kapal-kapal tambat labuh di Pelabuhan Perikanan Pantai Tasikagung.

BERSANDAR: Kapal-kapal tambat labuh di Pelabuhan Perikanan Pantai Tasikagung. (R. Teguh Wibowo/Lingkarjateng.id)

REMBANG, Lingkarjateng.id – Ratusan lebih kapal milik para nelayan di Rembang nampak berjajar rapi bersandar di sebelah timur Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasikagung, Kecamatan Rembang. Kapal-kapal berukuran besar itu tidak melaut lantaran belum mengantongi izin melaut dan datangnya musim baratan.

Ketua PPP Tasikagung Agung Yunus Mintarso menyampaikan, para nelayan masih belum bisa melaut lantaran belum memiliki Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI). Sehingga, seluruh kapal yang belum memiliki SIPI bersandar di PPP Tasikagung.

Selain itu, angin kencang dan gelombang tinggi menjadi dampak datangnya “musim baratan” menjadi faktor para nelayan enggan untuk pergi melaut. Akibatnya, terjadi penumpukan kapal di sisi timur Pelabuhan Perikanan Pantai Tasikagung.

Belum Bisa Melaut, Nelayan Sampaikan 3 Keluhan pada Bupati Rembang

“Saat ini terjadi penumpukan kapal, kebetulan pelabuhan perikanan pantai Tasikagung kondisi masih terbuka dan saat ini sedang musim baratan sehingga semua kapal tambat labuh di sisi sebelah timur,” kata Yunus.

Untuk mengantisipasi resiko terjadinya kebakaran kapal, pihaknya telah mengirim surat dan mengimbau kepada pemilik kapal agar menempatkan satu orang untuk berjaga di kapal. Selain itu juga meminta menyediakan alat pemadam api ringan (APAR) di setiap kapal yang ada.

“Untuk itu kami melakukan antisipasi, salah satunya dengan menyurati seluruh  paguyuban yang ada di Tasikagung, kemudian melakukan himbauan kepada pemilik kapal agar bisa menempatkan satu orang untuk menjaga kapal masing-masing dan juga kalau bisa menyediakan APAR,” terangnya.

Nelayan Pati-Rembang Keluhkan Kenaikan PNBP 200 Persen

Pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Sat Polair Polres Rembang dan TNI angkatan laut untuk melakukan operasi dalam menjaga tetap kondusif untuk menghindari terjadinya keresahan sosial dan risiko bahaya kebakaran di wilayah pelabuhan.

“Terakhir kegiatan operasi dilakukan pada 28 Januari lalu,” pungkasnya. (Lingkar Network | R. Teguh Wibowo – Koran Lingkar)

Exit mobile version